6. Catat
Sesungguhnya
metode ini tidak hanya khusus untuk bahasa Arab melainkan untuk semua disiplin
ilmu. Ada banyak sekali wasiat yang menunjukkan bahwa mencatat itu metode ampuh
untuk mengikat ilmu. Diantaranya:
قال النبي:
"قَيّدوا العلمَ بالكتاب"
وقال الشَّعبي: "إذا سمعتَ شيئا فاكتبه ولو
في الحائط"
Asy-Sya’by -rahimahullah-
berkata: “jika kamu mendengar suatu ilmu maka catatlah meskipun di atas tembok”[2]
قال أبو المليح الرَّقِّي: "يعيبون علينا
أن نكتبَ العلمَ ونُدَوِّنه، وقد قال الله تعالى: ﴿عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لَّا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنسَى﴾
(طه: 52)
Abul Malih ar-Roqqy berkata: “mereka
mengolok-olok kami karena kami mencatat ilmu dan membukukannya, padahal Allah
Ta’ala berfirman: “Pengetahuan tentang umat-umat
terdahulu ada di sisi Tuhanku, tercatat dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak
akan salah dan tidak akan lupa”.”[3]
Ada
banyak wasiat lainnya yang sejalan dengan wasiat di atas. Maka catatlah setiap
kali mendapatkan hal baru dari pelajaran bahasa Arab, karena catatan tersebut
akan menguatkan hafalan.
Rizki Gumilar
di Kampung Santri
[1]
Diriwayatkan oleh ad-Darimy dalam sunannya: 497, ath-Thabrany dalam “al-Kabir”:
1/246 no: 700, dishahihkan oleh al-Albany dalam “Silsilah Shahihah” no. 2026
dengan seluruh jalannya.
0 komentar:
Posting Komentar