Rabu, 06 September 2017

Adl, kaidah yang terlupakan (bag. 7)


d.      Taukid dengan wazan فُعَل
Ada 4 lafadz taukid yaitu: جُمَعُ, كُتَعُ, بُصَعُ, dan بُتَعُ. Jamak dari wazan فَعْلاءُ yang mana dia muannats dari wazan أفعَلُ. Lafadz-lafadz ini berfungsi untuk menguatkan lafadz كلّ ketika muncul dalam kalimat. Para ulama menyusunnya berdasarkan urutan tersebut[1] yakni yang lemah mengikuti yang lebih kuat dan tidak boleh saling mendahului satu sama lain.[2] Misalnya:
مررتُ بالنساءِ كلِّهنّ، جُمَعَ، كُتعَ، بُصَعَ، بُتعَ
Perbedaan antara كلّ dan أجمعون adalah ketika kamu mengatakan جاء القوم كلّهم masih ada kemungkinan mereka datang pada waktu yang berbeda atau tempat yang berbeda. Sedangkan ketika kamu mengatakan أجمعون maka kemungkinan tersebut hilang sehingga mereka berkumpul pada waktu dan tempat yang sama.[3]
Kata كُتَعُ dari kata  كَتِيعٌyang bermakna penuh, seperti حَولٌ كَتِيعٌ (setahun penuh)[4], dan ketika orang-orang telah berkumpul dikatakan كَتِعَ الرجل.[5]
Ketika kamu minum dan kamu belum puas maka dikatakan تكرَعُ ولا تبصَعُ (kamu minum dan tidak puas), hal ini dikarenakan air minum belum terkumpul di dalam lambung. Dan بُصَعُ berasal dari kata البَصْعُ yang maknanya keringat yang mengalir, dan tidaklah keringat mengalir melainkan setelah terkumpulnya titik-titik keringat menjadi satu kemudian menetes.[6]
Kata بُتَعُ berasal dari kata البَتَِعُ yang maknanya panjang dan kuat lehernya, seperti فَرَسٌ بَتِعٌ (kuda yang panjang dan kuat lehernya).[7] Karena berleher panjang biasanya berputar mengelilingi padang rumput mengumpulkan apa yang ada di sekitarnya, begitu juga بُتَعُ berfungi mengumpulkan bagian-bagian muakkad.[8] Disamping itu leher yang kuat dan panjang akan semakin menampakkan kekuatan lehernya, begitu juga lafadz-lafadz taukid berfungsi menguatkan makna muakkad dan menjelaskannya.[9]
Adapun mengenai asal muasal ‘adl keempat lafadz taukid ini ulama berselisih pendapat dan yang paling rajih adalah pendapat Ibnu Malik yaitu berasal dari wazan فَعْلاوات sebagaimana yang diisyaratkan oleh Sibawaih.[10] Dengan dasar bahwa bentuk mufrodnya adalah wazan فَعْلاء dan jamak mudzakkarnya dengan wawu dan nun maka yang lebih pantas jamak muannatsnya berwazan فَعْلاوات,[11] menjadi جَمعاوات, كَتعاوات, بَصعاوت, dan بَتعاوات. Pendapat ini didukung oleh sejumlah ulama, diantaranya Ibnu Hisyam[12] dan al-Azhari.[13]
Sebab lain yang membuat isim ini ghairu munsharif adalah karena dia mirip dengan ‘alam, yaitu ma’rifah karena mudhaf ilaihnya mahdzuf. Asal dari مررتُ بالنساءِ كلِّهنّ جُمَعَ adalah مررتُ بالنساءِ كلِّهنّ جُمَعِهنّ kemudian dhomirnya dihilangkan karena sudah diketahui.[14]

Faedah yang bisa diambil:
·         Jika lafadz taukid ini dijadikan nama, maka dia tetap ghairu munsharif karena tetapnya ‘illah, yaitu ‘adl dan ma’rifah.[15]
·         Jika dibuat nakirah maka munsharif, karena hilangnya 1 ‘illah.[16]
·         Tujuan dari ‘adl ini adalah ikhtishor dari فعلاوات menjadi فُعَل.



       Rizki Gumilar

       Di Kampung Santri


[1] Al-Muqorrib: 318
[2] Al-Luma’: 67, at-Takhmir: 2/85
[3] Ash-Shofwatush shofiyyah: 2/731
[4] Al-Qomusul muhith: 757
[5] Al-Atba’ wal mujawazah: 85
[6] Ash-Shofwatush shofiyyah: 2/732
[7] Ash-Shihah: 3/1183
[8] Hasyiyatu Abin Naja: 97
[9] Ash-Shofwatush shofiyyah: 2/732
[10] Al-Kitab: 3/224
[11] Syarhul kafiyah asy-syafiyah: 3/1475-1476
[12] Audhohul masalik: 4/128
[13] Syarhut tashrih: 2/341
[14] Al-Kitab: 3/224, Ma yansharif wa ma la yansharif: 40, an-Nukat: 2/451, Nataijul fikri: 287, Syarhul jumal: 1/242, Syarhul kafiyah asy-syafiyah: 3/1474
[15] Al-Kitab: 3/224, Irtisyafudh dhorob: 2/869

0 komentar:

Posting Komentar