d.
Taukid dengan wazan فُعَل
Ada 4 lafadz taukid yaitu: جُمَعُ, كُتَعُ, بُصَعُ, dan بُتَعُ. Jamak dari wazan فَعْلاءُ yang mana dia muannats dari wazan أفعَلُ.
Lafadz-lafadz ini berfungsi untuk menguatkan lafadz كلّ ketika muncul dalam kalimat. Para ulama
menyusunnya berdasarkan urutan tersebut[1] yakni yang lemah mengikuti yang lebih kuat dan
tidak boleh saling mendahului satu sama lain.[2] Misalnya:
مررتُ بالنساءِ كلِّهنّ، جُمَعَ، كُتعَ، بُصَعَ،
بُتعَ
Perbedaan antara كلّ dan
أجمعون adalah
ketika kamu mengatakan جاء القوم كلّهم masih ada kemungkinan mereka datang pada waktu
yang berbeda atau tempat yang berbeda. Sedangkan ketika kamu mengatakan أجمعون maka
kemungkinan tersebut hilang sehingga mereka berkumpul pada waktu dan tempat
yang sama.[3]
Kata كُتَعُ dari
kata كَتِيعٌyang bermakna penuh, seperti حَولٌ
كَتِيعٌ (setahun penuh)[4], dan ketika orang-orang telah berkumpul dikatakan
كَتِعَ الرجل.[5]
Ketika kamu minum dan kamu belum puas maka
dikatakan تكرَعُ ولا تبصَعُ (kamu
minum dan tidak puas), hal ini dikarenakan air minum belum terkumpul di dalam
lambung. Dan بُصَعُ berasal dari kata البَصْعُ yang
maknanya keringat yang mengalir, dan tidaklah keringat mengalir melainkan
setelah terkumpulnya titik-titik keringat menjadi satu kemudian menetes.[6]
Kata بُتَعُ berasal
dari kata البَتَِعُ yang
maknanya panjang dan kuat lehernya, seperti فَرَسٌ
بَتِعٌ (kuda yang panjang dan kuat lehernya).[7] Karena berleher panjang biasanya berputar
mengelilingi padang rumput mengumpulkan apa yang ada di sekitarnya, begitu juga
بُتَعُ berfungi mengumpulkan
bagian-bagian muakkad.[8] Disamping itu leher yang kuat dan panjang akan
semakin menampakkan kekuatan lehernya, begitu juga lafadz-lafadz taukid
berfungsi menguatkan makna muakkad dan menjelaskannya.[9]
Adapun mengenai asal muasal ‘adl keempat lafadz
taukid ini ulama berselisih pendapat dan yang paling rajih adalah pendapat Ibnu
Malik yaitu berasal dari wazan فَعْلاوات sebagaimana
yang diisyaratkan oleh Sibawaih.[10]
Dengan dasar bahwa bentuk mufrodnya adalah wazan فَعْلاء dan
jamak mudzakkarnya dengan wawu dan nun maka yang lebih pantas jamak muannatsnya
berwazan فَعْلاوات,[11] menjadi
جَمعاوات, كَتعاوات, بَصعاوت, dan بَتعاوات. Pendapat ini didukung oleh sejumlah
ulama, diantaranya Ibnu Hisyam[12] dan
al-Azhari.[13]
Sebab lain yang membuat isim ini ghairu munsharif
adalah karena dia mirip dengan ‘alam, yaitu ma’rifah karena mudhaf ilaihnya
mahdzuf. Asal dari مررتُ بالنساءِ كلِّهنّ جُمَعَ adalah مررتُ
بالنساءِ كلِّهنّ جُمَعِهنّ
kemudian dhomirnya dihilangkan karena sudah diketahui.[14]
Faedah yang bisa diambil:
·
Jika
lafadz taukid ini dijadikan nama, maka dia tetap ghairu munsharif karena
tetapnya ‘illah, yaitu ‘adl dan ma’rifah.[15]
·
Tujuan
dari ‘adl ini adalah ikhtishor dari فعلاوات menjadi فُعَل.
Rizki Gumilar
Di Kampung Santri
[1] Al-Muqorrib:
318
[3] Ash-Shofwatush
shofiyyah: 2/731
[4] Al-Qomusul muhith:
757
[5] Al-Atba’ wal
mujawazah: 85
[7] Ash-Shihah:
3/1183
[8] Hasyiyatu Abin
Naja: 97
[9] Ash-Shofwatush
shofiyyah: 2/732
[10] Al-Kitab:
3/224
[11] Syarhul
kafiyah asy-syafiyah: 3/1475-1476
[12] Audhohul
masalik: 4/128
[14] Al-Kitab:
3/224, Ma yansharif wa ma la yansharif: 40, an-Nukat: 2/451, Nataijul fikri:
287, Syarhul jumal: 1/242, Syarhul kafiyah asy-syafiyah: 3/1474
[15] Al-Kitab:
3/224, Irtisyafudh dhorob: 2/869
0 komentar:
Posting Komentar