Bagi para pengkaji bahasa Arab, tidak
asing di telinga mereka istilah jamak muannats salim. Jamak muannats salim
adalah bentuk jamak dari isim muannats dengan penambahan huruf alif dan ta
diakhir bentuk mufrodnya, sebagaimana Ibnu Malik menyebutkan: وَمَا
بِتَا وَأَلِفٍ قَدْ جُمِعَا.[1] Kita
ambil contoh مُسْلِمَةٌ jamaknya adalah مُسلماتٌ.
Ditambahkan huruf alif dengan tujuan membedakannya dari fi’il
yang diakhiri ta ta’nits. Dipilihnya huruf mad karena dia huruf tambahan yang
paling utama. Dan dipilihnya huruf alif dari huruf ya dan wawu karena dia yang
paling ringan. Muannats itu berat karena dia far’i (cabang), begitu juga jamak
itu berat karena dia far’i. Sehingga jika dia membutuhkan huruf tambahan, maka
dipilihlah yang paling ringan. Di samping itu, sebelumnya berharokat fathah
sehingga lebih cocok jika ditambahkan alif setelahnya.
Kemudian ditambahkan huruf ta diakhirnya sebagai pengganti
wawu pada jamak mudzakkar. Karena memang seringkali huruf wawu diganti dengan
huruf ta pada beberapa tempat seperti وُخْمَة menjadi تُخْمَة, وُجَاه menjadi تُجَاه. Di samping itu agar nuansa muannats-nya
tidak hilang maka dipilihlah huruf ta.
Bukankah semestinya kita baca
مُسلمتَاتٌ kemana huruf ta satunya?
Perlu diketahui bahwa tidak boleh ada 2 tanda ta’nits dalam
1 isim. Itu sebabnya ketika kita menisbahkan mudzakkar pada isim muannats, kita
buang huruf ta-nya, seperti مَكِّيّ isim nisbah dari مَكَّة, كُوفِيّ isim nisbah dari كُوفَة. Hal tersebut dilakukan demi tidak
terkumpulnya 2 tanda ta’nits ketika dibuat muannats. Seandainya tidak kita
hilangkan huruf ta-nya akan berdampak seperti berikut: مَكَّتِيّ muannatsnya مَكَّتِيَّة, كُوفَتِيّ muannatsnya كوفتيّة, ada 2 ta ta’nits dalam 1 kata. Begitu
juga dengan kata مُسلمتَاتٌ terdapat
2 ta ta’nits di dalamnya sehingga harus dihilangkan salah satunya.
Mengapa huruf ta yang pertama yang
dihilangkan?
Karena ta yang pertama hanya berfungsi
sebagai tanda ta’nits, sedangkan ta kedua berfungsi sebagai tanda ta’nits dan
jamak. Sehingga menghilangkan ta yang pertama lebih kecil mudhorotnya daripada
menghilangkan ta yang kedua.
Teman-teman sekalian, di sini saya
ingin mengangkat sebuah pelajaran penting dari jamak muannats salim melalui
sudut pandang yang berbeda. Yakni tentang kesetiaannya kepada jamak
mudzakkar salim dengan segala keterbatasan dan pengorbanannya.
Ikhwati fillah, sesungguhnya wanita
itu bagian dari lelaki. Sebagaimana Rasulullah g bersabda:
إنّما النساءُ شَقَائقُ الرجال [2]. Hal ini karena memang Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Adam. Tidak hanya dalam masalah syariat, namun
juga dalam kaidah bahasa Arab. Itu sebabnya isim ‘alam muannats tidak bisa
dimasuki tanwin sebagai tanda dia adalah bagian dari isim ‘alam mudzakkar,
begitu juga a’jam bagian dari ‘arob, begitu juga ma’rifah bagian dari nakiroh,
begitu juga jamak bagian dari mufrod, dan seterusnya.
Kalau kita perhatikan, isim muannats
selalu berusaha mengimbangi isim mudzakkar dalam banyak hal dengan segala
keterbatasannya. Namun kali ini saya hanya akan menyampaikan 2 bukti dalam bentuk
jamaknya saja.
Pertama, jamak muannats salim diakhiri
oleh tanwin muqobalah. Tanwin muqobalah adalah tanwin yang terdapat pada jamak
muannats salim dengan tujuan untuk mengimbangi jamak mudzakkar salim. Bukankah
bentuknya sama saja dengan tanwin pada umumnya (tanwin tamkin)? Apa yang
membuat dia berbeda?
Memang betul ketika dia mufrod kita
sebut tanwin tamkin seperti مسلمةٌ, fungsi untuk menandakan bahwa dia
munshorif. Adapun ketika dibuat jamak menjadi مسلماتٌ maka namanya menjadi tanwin muqobalah,
karena fungsinya adalah untuk menyelaraskan dengan nun pada jamak muzakkar
salim, seperti مسلمونَ. Apa buktinya bahwa dia bukan tanwin
tamkin? Fungsi tersebut akan terasa jika terjadi pada isim ‘alam, seperti عائشةُ. Dia tidak boleh bertanwin karena dia isim
‘alam muannats. Namun ketika dibuat jamak, dia menjadi bertanwin untuk mengimbangi
jamak mudzakkar salim yang diakhiri oleh nun, عائشاتٌ. Ini berlaku untuk semua tanwin pada jamak
muannats salim, baik isim ‘alam atau bukan. Dari segi dzhohir, jamak muannats
salim berusaha agar tampak serasi dengan jamak mudzakkar salim.
Bukankah ketika jamak muannats salim diberi ال atau diwaqofkan akan hilang tanwinnya
sedangkan nun jamak mudzakkar salim tetap ada? Ini sama sekali tidak sama dan
tidak serasi.
Inilah yang dimaksud dengan “berusaha dengan segala
keterbatasannya”. Bukankah penyelarasan tidak mesti identik? Sebagaimana wanita
tidak bisa sepenuhnya sejajar dengan lelaki. Tidakkah kita lihat لَيْسَ mirip dengan harf namun tetap kita
perlakukan dia sebagai fi’il? Dan tidakkah kita lihat لَيْتَ mirip dengan fi’il namun tetap kita
perlakukan dia sebagai harf? Untuk itu, sekuat apapun jamak muannats salim
berusaha mengimbangi pasangannya, tetap tidak bisa kita samakan 100%.
Kedua, coba kita perhatikan, satu-satunya isim mu’rob yang
nashobnya ditandai dengan kasroh adalah jamak muannats salim. Ibnu Malik menyebutkan: يُكسَرُ في
الجرِّ وفي النصبِ مَعَا.[3] Mengapa? Apa karena kita
sulit mengucapkannya? Tidak, sama sekali tidak ada kesulitan ketika lisan kita
malafalkan kata مُسْلِمَاتًا. Inilah usaha kedua jamak muannats salim
agar tampak serasi dengan jamak mudzakkar salim. Kita tahu bahwa jamak
mudzakkar salim dirafa’kan dengan wawu, dinashobkan dan dijarrkan dengan ya.
Maka tanwin pada muannats salim mengimbangi nun pada mudzakkar salim, sedangkan
dhommah dan kasroh mengimbangi wawu dan ya. Inilah yang dimaksud dengan
“berusaha dengan segala keterbatasannya”. Yakni dia mampu menjadi isim yang
hakiki (nashob dengan fathah), namun dia lebih memilih untuk mengalah demi
mendampingi pasangannya.
Semoga menjadi ibroh bagi kaum Hawa dan semoga kaum Adam
dikaruniai istri yang mirip dengan jamak muannats salim....
Abu Kunaiza
Di Toriyo, Sukoharjo
Referensi:
At-Tabyin ‘an Madzahibin
Nahwiyyain al-Bashriyyin wal Kufiyyin, Abul Baqo Abdullah Ibnul Husain al-‘Ukbary
Asrorul Arobiyyah,
Abdurrahman bin Muhammad bin Ubaidullah al-Anbary
‘Ilalun Nahwi, Abul Hasan Muhammad bin Abdillah al-Warroq
masyaallah,semoga ilmunya semakin barokah ustadz.
BalasHapusKeren.. sangat keren... kalau berkenan, boleh share no WA bang? Pleasss... 087719191967.. saya sangat butuh konsultasi dalam hal bahasa arab.. saya ahmad, yogyakarta
BalasHapus