Rabu, 06 September 2017

Adl, kaidah yang terlupakan (bag. 4)


1.      ‘Adl yang berasal dari ‘alam atau yang semisal
Terjadi pada 6 keadaan:
a.      ‘Alam mudzakkar dengan wazan فُعَل
Ketahuilah bahwa setiap isim ‘alam yang terdiri dari 3 huruf maka selalu diakhiri tanwin baik dalam keadaan ma’rifah maupun nakiroh, baik mudzakkar seperti زَيدٌ, maupun muannats seperti هِنْدٌ, baik ‘aroby seperti سَعْدٌ, maupun a’jamy seperti نُوْحٌ. Kecuali ‘alam mudzakkar dengan wazan فُعَل yang akan dijelaskan berikut ini.[1]
Setiap ‘alam mudzakkar dengan wazan فُعَل yang ditaqdirkan (diperkirakan) berasal dari isim ‘alam yang berwazan isim fa’il فاعِل atau isim tafdhil أفْعَل, maka dia ghairu munsharif. Yakni dengan ketentuan jika dia memiliki bentuk isim fa’il, jika tidak maka ditaqdirkan dari isim tafdhilnya.[2] Kemudian para ulama menyebutkan bahwa hal ini tanpa sebab yang jelas alias sama’i.[3] Mereka menyebutnya tanpa sebab yang jelas karena jika kita katakan bahwa setiap ‘alam mudzakkar yang berwazan فُعَل adalah ghairu munsharif maka ini tidak benar, karena ada juga yang munsharif seperti أُدَدٌ.[4] Jika kita katakan bahwa setiap ‘alam berwazan isim fa’il فاعِل atau isim tafdhil أفْعَل bisa dibuat ‘adl maka ini tidak benar, misalnya مالِك tidak bisa diubah menjadi مُلَكُ.[5] Sehingga tidak bisa kita sebut bahwa ‘adl jenis ini memiliki 1 ‘illah yang menyebabkan dia ghairu munsharif yaitu ‘alam berwazan فُعَل sebagaimana shighah muntahal jumu’. Begitu juga kurang tepat jika ‘adl jenis ini disebut memiliki 2 ‘illah yaitu ‘adl dan ‘alam, karena kenyataannya tidak semua ‘alam berwazan فُعَل itu ghairu munsharif.[6] Sehingga lebih aman jika kita menyebutnya tanpa 2 ‘illah (غيرُ عِلَّتَين).[7]
Isim ‘alam dengan wazan فُعَل yang masuk ke dalam ‘adl ada 15 menurut ash-Shobban[8]:
(1) عُمَر ُ عن عَامِرٍ، (2) زُفَرُ عن زافر، (3) زُحَلُ عن زاحل، (4) مُضَرُ عن ماضر، (5) ثُعَلُ عن أثعل، (6) هُبَلُ عن هابل، (7) جُشَمُ عن جاشم، (8) قُثَمُ عن قاثم، (9) جُمَحُ عن جامح، (10) قُزَحُ عن قازح، (11) دُلَفُ عن دالف، (12) هُدَلُ عن هادل، (13) عُصَمُ عن عاصم، (14) بُلَعُ عن بالع، (15) جُحَا/حُجَى عن جاحٍ.
Faedah yang bisa diambil:
·         Ada banyak wazan فُعَل yang tidak termasuk ke dalam bab ini. Seperti: أُخَرُ (‘adl dari sifat), أُدَدٌ (‘alam mudzakkar tapi bukan ‘adl), جُمَعُ (‘adl dari taukid, akan dibahas pada bab berikutnya), ظُلَمٌ (jamak dari ظُلمَةٌ), هُدًى (mashdar), نُغَرٌ (isim jinsi),[9] طُوَى (ghairu munsharif karena nama lembah adalah muannats, jika ta’nits bertemu dengan ‘adl maka utamakan ta’nits, karena ta’nits lebih jelas tandanya dan lebih banyak jumlahnya daripada ‘adl[10]), تُتلُ (ghairu munsharif karena dia nama a’jam, jika ‘ajam bertemu dengan ‘adl maka utamakan a’jam, karena a’jam jika lafadznya sesuai dengan lafadz ‘arab maka dia menjadi mu’arrab atau dianggap bahasa resapan[11]).
·         Jika lafadz-lafadz tersebut muncul bukan sebagai nama namun dalam bentuk nakiroh maka menjadi munshorif karena hilang salah satu ‘illahnya.[12]
·         Tujuan dari ‘adl jenis ini ada 2: Tujuan dari segi lafadz, yaitu meringkas dari 4 huruf menjadi 3 huruf (menghilangkan huruf alif).[13] Tujuan dari segi makna, yaitu memurnikan isim ‘alam, karena jika tidak diubah dikhawatirkan tertukar dengan sifat.[14]

   Rizki Gumilar
   di Kampung Santri




[1] Ma yanshorif wa ma la yashorif: 39, 56
[2] Al-Mamnu’ minash shorf mu’jam wa dirosah: 191
[3] Ham’ul hawami’: 1/95, Syarhul mufashshol: 1/144, Audhohul masalik: 4/129, Hasyiyatush shobban: 3/388
[4] Al-Idhoh fi syarhil mufashshol: 1/97, Al-Mamnu’ minash shorf mu’jam wa dirosah: 191
[5] Syarhul mufashshol: 1/144
[6] Audhohul masalik: 4/129
[7] Al-Kunnasy: 1/125
[8] Hasyiyatush shobban: 3/388
[9] Hasyiyatul khudhori: 2/107
[10] Syarh al-kafiyah asy-syafiyah: 3/1473-1474, Audhohul masalik: 4/129, Hasyiyatush shobban: 3/394
[11] al-Idhoh fi syarhil mufashshol: 1/113
[12] Al-Kitab: 3/222, Syarhul ‘umdah: 2/872
[13] Hasyiyatush shobban: 3/388
[14] ‘Ilalun nahwi: 628, Hasyiyatul khudhori: 2/107

0 komentar:

Posting Komentar