Rabu, 29 November 2017

Nahwiyyun VS Lughowiyyun


Disini, di tempat ini, akhirnya saya tahu apa yang sebelumnya tidak saya ketahui... Sesuatu yang selama ini tersekat dalam benak. Kini, perlahan mulai terungkap, satu demi satu... Bi idznillah...
Lughowiyyin... dan Nahwiyyin... Sepintas nampak identik, namun tak serupa, bahkan kadang “tak sejalan”... siapakah mereka?Terlalu kerdil jika saya simpulkan prinsip mereka yang pelik. Sebut saja, mereka adalah pakar dari salah dua cabang ilmu bahasa Arab: ilmu lughoh dan ilmu nahwu.
          Cukup sulit mempersaudarakan dua kubu ini. Disaat nahwu dan shorof masih bisa bergandengan tangan, karena keduanya saling melengkapi. Maka berbeda halnya dengan nahwu dan lughoh.... keduanya saling sikut di ranah yang sama. Itu sebabnya seringkali kita dengar: menurut bahasa, dan menurut istilah... lughotan wa ishthilahan...
          Tentu bukan kapasitas saya merajihkan salah satunya. Hanya saja... anggap ini sebuah anekdot.
Ketika ada seorang ahli nahwu mengatakan: “ahli bahasa tidak pernah merumuskan suatu hukum, mereka hanya “copy paste” dari orang-orang Badui, yang bahkan anak kecil sekalipun mampu melakukannya...”.
Maka ahli lughoh akan menimpali: “tidakkah mereka tahu bahwasanya bahasa itu berporos pada lafadz, yang dengannya satu dengan lainnya bisa saling memahami, maka nahwu hanyalah bagian kecil dari bahasa itu sendiri”.
Ahli nahwu: “namun kita semua tahu, bahwa para ulama tidaklah mewajibkan kita untuk berbahasa satu untuk saling berinteraksi. Kita hanya berhajat pada nahwu yang dengannya kita bisa memahami Kalamullah”.
Ahli lughoh: “pernahkah al-Qur’an menyebutkan istilah lain selain “lisan”? cukuplah ini sebagai bukti betapa pentingnya lisan”.
.......
Kira-kira seperti itulah perdebatan yang terjadi disini, dan mungkin kepala ini akan terus diisi dengan hal semacam itu, hari demi hari...
Terus untuk apa? Apa yang dicari?
Bukankah Abdul Lathif al-Baghdadi pernah menyebutkan bahwasanya Lughowiyyin itu bagaikan Muhadditsin dan Nahwiyyin itu bagaikan Fuqoha?! Namun mengapa hanya Muhadditsin dan Fuqoha saja yang bisa berpangku tangan?! Disaat Muhadditsin mengumpulkan bahan baku, tanpa tersisa sedikitpun, maka Fuqoha mengolahnya hingga siap saji, tanpa tersisa sedikitpun. Tidak sanggupkah kalian seperti itu?!
Seandainya pun tidak ada jalan untuk mempersatukan keduanya, maka setidaknya ingatlah tujuan masing-masing... Lughowiyyin punya tujuan umum, sedangkan Nahwiyyin punya tujuan khusus... tidak perlu saling menjatuhkan. Cukuplah hati ini akan semakin terlukai, jika ada orang ketiga yang mencuri kesempatan dan mulai menodai... waspadalah...

Abu Kunaiza
Riyadh

Sabtu, 11 November 2017