Senin, 26 Maret 2018

Bahasa Arab Membuat Cerdas, Fakta atau Mitos?


         

   
          Benarkah bahasa Arab mampu meningkatkan kemampuan berfikir pemiliknya? Fakta-kah atau sekedar mitos? Sebenarnya kabar ini sudah lama disampaikan oleh para pendahulu kita, diantaranya:
قال عمر رضي الله عنه: "تعلموا العربية فإنها تثبت العقول..."
Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata: “pelajarilah Bahasa Arab karena ia dapat mengokohkan akal,…” (Tarikh Umar bin Khothob, Ibnul Jauzy: 197)
قال ابن تيمية رحمه الله: "اعلم أن اعتياد اللغة يؤثر في العقل..."
Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata: “ketahuilah bahwa membiasakan diri dengan Bahasa (Arab) akan mempengaruhi akal,…” (Iqtidhoush Shirothil Mustaqim: 1/527)

          Kemudian kabar tersebut diperkuat lagi dengan penelitian para ahli yang muncul belakangan. Diantaranya yang dilakukan oleh Prof. Ellen Bialystok dari York University, dan kawan-kawan. Melalui tulisannya yang berjudul “Bilingualism: Concequences for Mind and Brain”, beliau memaparkan tentang perbedaan kemampuan berfikir antara orang yang menguasai bahasa asing dan orang yang hanya berbahasa satu yaitu bahasa ibu. Penelitian ini dilakukan terhadap anak-anak juga orang dewasa, yang mana menunjukkan hasil yang sama, yakni orang yang menguasai bahasa asing lebih akurat dalam berfikir, dan lebih perspektif (mampu melihat dari sudut pandang lain) karena hakikatnya mempelajari bahasa adalah mempelajari cara berfikir orang lain. Disamping itu, ketika Prof. Ellen mengujinya kepada anak-anak, dia dapati mereka yang bilingual (berbahasa dua) memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan berpikir lebih logis. Tidak hanya itu, Bahasa asing juga berpengaruh pada kesehatan syaraf. Ketika beliau melakukan sampling data dari Rumah Sakit, ternyata pasien bilingual terhindar lebih lama dari demensia (pikun) sekitar 3-4 tahun dari pasien yang monolingual (berbahasa satu). Hal ini dikarenakan mereka memiliki cadangan kognitif (kemampuan berfikir) di otak mereka.
Jika bahasa asing saja (tidak harus Bahasa Arab), memiliki efek yang luar biasa terhadap kecerdasan otak, apalagi dengan Bahasa Arab. Seperti kita ketahui Bahasa Arab merupakan Bahasa yang memiliki rutbah marinah (memiliki susunan kalimat yang fleksibel), tidak seperti bahasa lain yang susunannya kokoh (rutbah tsabitah). Itu sebabnya bahasa Arab memiliki i’rob untuk mengatasi susunannya yang lentur dan agar kita tidak bingung. Nah sekarang kita tahu kan mengapa bahasa Indonesia tidak punya i’rob? Tidak lain karena ia termasuk bahasa yang susunan kalimatnya kokoh alias tidak bisa di-otak-atik, jadi untuk apa ada i’rob. Maka tidak heran jika ulama dahulu mengatakan bahwa bahasa Arab bisa membuat cerdas, tidak lain karena ia punya i’rob yang sedikit menguras pikiran dibanding bahasa lain.


Abu Kunaiza
Riyadh