Benarkah
bahasa Arab mampu meningkatkan kemampuan berfikir pemiliknya? Fakta-kah atau
sekedar mitos? Sebenarnya kabar ini sudah lama disampaikan oleh para pendahulu
kita, diantaranya:
قال عمر رضي
الله عنه: "تعلموا العربية فإنها تثبت العقول..."
Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata: “pelajarilah
Bahasa Arab karena ia dapat mengokohkan akal,…” (Tarikh Umar bin Khothob, Ibnul
Jauzy: 197)
قال ابن تيمية
رحمه الله: "اعلم أن اعتياد اللغة يؤثر في العقل..."
Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata: “ketahuilah
bahwa membiasakan diri dengan Bahasa (Arab) akan mempengaruhi akal,…”
(Iqtidhoush Shirothil Mustaqim: 1/527)
Kemudian kabar tersebut diperkuat lagi dengan penelitian para ahli
yang muncul belakangan. Diantaranya yang dilakukan oleh Prof. Ellen Bialystok
dari York University, dan kawan-kawan. Melalui tulisannya yang berjudul “Bilingualism:
Concequences for Mind and Brain”, beliau memaparkan tentang perbedaan kemampuan
berfikir antara orang yang menguasai bahasa asing dan orang yang hanya berbahasa
satu yaitu bahasa ibu. Penelitian ini dilakukan terhadap anak-anak juga orang
dewasa, yang mana menunjukkan hasil yang sama, yakni orang yang menguasai bahasa
asing lebih akurat dalam berfikir, dan lebih perspektif (mampu melihat dari
sudut pandang lain) karena hakikatnya mempelajari bahasa adalah mempelajari
cara berfikir orang lain. Disamping itu, ketika Prof. Ellen mengujinya kepada
anak-anak, dia dapati mereka yang bilingual (berbahasa dua) memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dan berpikir lebih logis. Tidak hanya itu, Bahasa asing juga
berpengaruh pada kesehatan syaraf. Ketika beliau melakukan sampling data dari Rumah
Sakit, ternyata pasien bilingual terhindar lebih lama dari demensia (pikun)
sekitar 3-4 tahun dari pasien yang monolingual (berbahasa satu). Hal ini
dikarenakan mereka memiliki cadangan kognitif (kemampuan berfikir) di otak
mereka.
Jika bahasa asing
saja (tidak harus Bahasa Arab), memiliki efek yang luar biasa terhadap
kecerdasan otak, apalagi dengan Bahasa Arab. Seperti kita ketahui Bahasa Arab
merupakan Bahasa yang memiliki rutbah marinah (memiliki susunan kalimat
yang fleksibel), tidak seperti bahasa lain yang susunannya kokoh (rutbah
tsabitah). Itu sebabnya bahasa Arab memiliki i’rob untuk
mengatasi susunannya yang lentur dan agar kita tidak bingung. Nah sekarang kita tahu kan mengapa bahasa Indonesia tidak punya i’rob?
Tidak lain karena ia termasuk bahasa yang susunan kalimatnya kokoh alias tidak bisa di-otak-atik,
jadi untuk apa ada i’rob. Maka tidak heran jika ulama dahulu mengatakan bahwa bahasa
Arab bisa membuat cerdas, tidak lain karena ia punya i’rob yang sedikit
menguras pikiran dibanding bahasa lain.
Abu Kunaiza
Riyadh
0 komentar:
Posting Komentar