Sebagaimana mayoritas
orang Arab, mereka mampu membaca teks berbahasa Persia dan Urdu, karena memang hurufnya
mirip. Begitu juga dengan anak-anak penutur asli bahasa Arab, mereka juga mampu
membaca teks Arab tanpa harokat. Tapi apakah mereka memahami isinya? Maka bisa
membaca saja bukanlah tujuan akhir.
Jika kita melihat
buku ath-Thoroiq hal. 19, disebutkan bahwa kelebihan no. 4 dari metode membaca
adalah kemampuan membaca dalam hati dan memahami makna merupakan pencapaian
tertinggi, inilah tujuan akhir yang sebenarnya. Tentu saja bagi mereka yang
berprofesi sebagai pengajar, tujuan tersebut menjadi tidak lagi relevan baginya,
dia harus bisa membuat muridnya memahami teks secara mandiri.
Berikut ini tahapan
dalam pengajaran membaca secara ringkas:
1. Pengenalan
huruf, makhraj, dan sifatnya dalam bentuk praktek bukan teori.
2.
Membaca
teks berharokat dengan tujuan memahami tanda baca dan intonasi.
3.
Membaca
teks tanpa harokat dengan suara keras, dengan tujuan memperbaiki i’robnya.
4.
Membaca
teks tanpa harokat dengan suara lirih, dengan tujuan memahami maknanya.
5. Membaca
teks tanpa harokat dalam hati, mengeluarkan pokok pikiran dalam teks dan
memasukkan makna yang tersirat di luar teks. Inilah tujuan akhir dari membaca.
Bagi mereka yang tujuan akhirnya adalah bisa baca kitab gundul,
maka mereka akan berhenti pada tahapan ke 3 dan tidak mendapatkan faedah apapun
dari sang penulis. Padahal i’rob itu tercipta tidak lain untuk memahami makna. Berusahalah
untuk mencapai tahapan tertinggi, bahkan jika bisa hingga tahapan ke 6 yaitu
mengajarkan tahapan 1-5. Sebagaimana Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam-
mengajarkan: "Jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus, karena dialah surga yang tertinggi". Meskipun akhirnya kita hanya mampu sampai tahapan pertama, tidaklah mengapa.
Abu Kunaiza
Riyadh
0 komentar:
Posting Komentar