Disini,
di tempat ini, akhirnya saya tahu apa yang sebelumnya tidak saya ketahui... Sesuatu
yang selama ini tersekat dalam benak. Kini, perlahan mulai terungkap, satu demi
satu... Bi idznillah...
Lughowiyyin...
dan Nahwiyyin... Sepintas nampak identik, namun tak serupa, bahkan kadang “tak
sejalan”... siapakah mereka?Terlalu kerdil jika saya simpulkan prinsip mereka
yang pelik. Sebut saja, mereka adalah pakar dari salah dua cabang ilmu bahasa
Arab: ilmu lughoh dan ilmu nahwu.
Cukup sulit mempersaudarakan dua kubu
ini. Disaat nahwu dan shorof masih bisa bergandengan tangan, karena keduanya
saling melengkapi. Maka berbeda halnya dengan nahwu dan lughoh.... keduanya
saling sikut di ranah yang sama. Itu sebabnya seringkali kita dengar: menurut
bahasa, dan menurut istilah... lughotan wa ishthilahan...
Tentu bukan kapasitas saya merajihkan
salah satunya. Hanya saja... anggap ini sebuah anekdot.
Ketika ada
seorang ahli nahwu mengatakan: “ahli bahasa tidak pernah merumuskan suatu
hukum, mereka hanya “copy paste” dari orang-orang Badui, yang bahkan anak kecil
sekalipun mampu melakukannya...”.
Maka ahli
lughoh akan menimpali: “tidakkah mereka tahu bahwasanya bahasa itu berporos
pada lafadz, yang dengannya satu dengan lainnya bisa saling memahami, maka
nahwu hanyalah bagian kecil dari bahasa itu sendiri”.
Ahli nahwu:
“namun kita semua tahu, bahwa para ulama tidaklah mewajibkan kita untuk
berbahasa satu untuk saling berinteraksi. Kita hanya berhajat pada nahwu yang
dengannya kita bisa memahami Kalamullah”.
Ahli lughoh:
“pernahkah al-Qur’an menyebutkan istilah lain selain “lisan”? cukuplah ini sebagai
bukti betapa pentingnya lisan”.
.......
Kira-kira
seperti itulah perdebatan yang terjadi disini, dan mungkin kepala ini akan
terus diisi dengan hal semacam itu, hari demi hari...
Terus
untuk apa? Apa yang dicari?
Bukankah
Abdul Lathif al-Baghdadi pernah menyebutkan bahwasanya Lughowiyyin itu bagaikan
Muhadditsin dan Nahwiyyin itu bagaikan Fuqoha?! Namun mengapa hanya Muhadditsin
dan Fuqoha saja yang bisa berpangku tangan?! Disaat Muhadditsin mengumpulkan
bahan baku, tanpa tersisa sedikitpun, maka Fuqoha mengolahnya hingga siap saji,
tanpa tersisa sedikitpun. Tidak sanggupkah kalian seperti itu?!
Seandainya
pun tidak ada jalan untuk mempersatukan keduanya, maka setidaknya ingatlah tujuan masing-masing...
Lughowiyyin punya tujuan umum, sedangkan Nahwiyyin punya tujuan khusus... tidak
perlu saling menjatuhkan. Cukuplah hati ini akan semakin terlukai, jika ada
orang ketiga yang mencuri kesempatan dan mulai menodai... waspadalah...
Abu
Kunaiza
Riyadh
0 komentar:
Posting Komentar