Mutsanna adalah isim maf’ul dari fi’il
ثنَّى- يُثَنِّي yang bermakna melipat, maka mutsanna secara bahasa maknanya
sesuatu yang dilipat. Apa sesuatu yang dilipat tersebut? Ma’thuf. Pada awalnya
mutsanna adalah susunan ma’thuf dan ma’thuf ‘alaih. Kemudian ma’thufnya dilipat
dan disatukan pada ma’thuf ‘alaihnya sehingga hanya nampak 1 kata. Untuk
menandakan bahwa di sana ada ma’thuf maka diganti dengan huruf alif. Misalnya قام
الزيدانِ = قام زيدٌ وزيدٌ.
Adapun secara bahasa mutsanna adalah bentuk tertentu yang
menunjukkan makna dua dengan cara menambahkan huruf alif dan nun atau ya dan
nun di akhir bentuk mufrodnya. Bentuk ini tidak kita temui pada bahasa lain,
sehingga mutsanna masuk ke dalam daftar keunikan bahasa Arab. Meskipun begitu,
ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar bisa disebut mutsanna:
1.
Diambil
dari lafadz mufrad. Sehingga tidak termasuk mutsanna kata كِلابانِ karena diambil dari lafadz jamak.
2.
Berasal
dari isim mu’rab bukan isim mabni. Adapun هذان،
هتان، الّذان، الّتان, sudah berbentuk mutsanna dari awalnya, bukan diambil dari
bentuk mufradnya. Maka tidak termasuk mutsanna kata أنتمانِ.
3.
Bukan
dari tarkib isnadi maupun mazji. Adapun jika dari tarkib idhofi maka tidak
masalah. Maka tidak termasuk mutsanna kata حضرموتانِ.
4.
Harus
dari isim nakirah, karena jika isim ‘alam dibuat mutsanna akan hilang esensi kemakrifatannya.
Maka solusinya harus diberi tanda ta’rif lagi agar tetap ma’rifah. Misalnya الزيدانِ atau يا
زيدانِ.
5.
Terdiri
dari 2 isim dengan lafadz yang sama. Sehingga tidak termasuk mutsanna yang
disebutkan oleh Rasulullah g :
اللهم أعِزّ الإسلامَ
بأحبِّ العُمَرَيْنِ
“ya Allah muliakan Islam
dengan salah satu dari 2 Umar yang lebih Kau cintai” [1]
Yang dimaksud dengan العُمَرَيْنِ di
sini adalah Umar bin Khaththab dan Amr bin Hisyam (Abu Jahal). Ini termasuk ke dalam bab taghlib, mendominasikan ke salah satu nama.
6.
Terdiri
dari 2 isim dengan makna yang sama. Sehingga tidak termasuk mutsanna kata أسدانِ jika yang dimaksud adalah singa dan lelaki
pemberani.
7.
Tidak
ada mutsanna yang tidak diperlukan. Ada beberapa kata yang tidak bisa dibuat
mutsanna karena sudah diwakili kata lain. Misalnya: ثلاثة tidak bisa dibuat mutsanna karena ada kata
ثُلاثَ, kata بعض tidak bisa dibuat mutsanna karena ada kata جُزْءانِ.
8.
Bisa
dibuat mufrod. Ada beberapa lafadz mutsanna namun tidak memiliki bentuk mufrad.
Seperti: كِلا، كِلتا، اثنان، اثنتانِ. Maka ini tidak termasuk mutsanna.
Meskipun mutsanna memiliki kemiripan
bentuk dengan jamak, namun hakikatnya mutsanna lebih universal. Itu sebabnya
dalam mutsanna tidak ada istilah mudzakkar salim, muannats salim, dan taksir.
Hal ini disebabkan shighah mutsanna mencakup laki-laki dan perempuan, berakal
dan tidak berakal. Karena universalnya mutsanna ini maka dia lebih sering
digunakan daripada jamak mudzakkar salim. Seringnya penggunaan ini
melatar-belakangi alasan dipilihnya huruf alif sebagai icon-nya, karena
ringannya huruf alif. Berhubung alif ini mustahil diharakati maka ada tugas
tambahan yang harus dia emban, yakni selain sebagai tanda tatsniyyah juga
sebagai tanda i’rab.
Sebetulnya
huruf alif dan wawu bukan dimaksudkan untuk membedakan mutsanna dengan jamak shahih
akhir, yang jadi pembeda justru harakat sebelumnya yaitu fathah dan dhammah. Sedangkan
untuk membedakan antara mutsanna dengan jamak maqshur adalah dengan harakat
nun, silakan baca pembahasan ini pada artikel nun sebagai simbol konsistensi tatsniyyah dan jamak. Berikut ini ilustrasi fungsi-fungsi huruf tambahan pada
mutsanna:
Mengapa
tanda i’rob nashab dan jarr pada mutsanna dan jamak mudzakkar sama?
Karena
jika kita gabungkan ada 6 kondisi i’rob mutsanna dan jamak, sedangkan kita
hanya punya 3 huruf i’rob. Maka kita masukkan tanda jarr ke dalam tanda nashab
yaitu huruf ya, dengan beberapa pertimbangan:
Pertama,
karena jarr adalah tanda khusus isim, maka tanda jarr lebih utama.
Kedua,
karena majrurot dan manshubat sama-sama fadhlah (tambahan) dalam kalimat.
Ketiga,
dhomir jarr dan nashab bentuknya sama, seperti رأيتُكَ
ووَلَدَكَ.
Keempat, makna keduanya sama,
seperti نظرتُكَ ونظرتُ إليكَ.
Kelima, jarak jarr ke nashab
lebih dekat. Karena rafa’ adalah yang paling berat dan nashab adalah yang
paling ringan.
Keenam, begitu juga secara
makhraj lebih dekat. Jarr terletak di tengah mulut dan nasab di pangkal
tenggorokan. Adapun rafa’ letaknya di bibir.
Inilah
sekilas info tentang mutsanna, dimana dia merupakan salah satu ciri khas bahasa
Arab. Wallahu a’lam.
Rizki
Gumilar
Di
Toriyo, Sukoharjo
Referensi:
Asrorul
‘arobiyyah
‘Ilalun
Nahwi
Syarhul
Mufashshol
Hasyiyatush
Shobban
[1] H.R. Ahmad dan Tirmidzi,
dishahihkan oleh Ibnu Hibban, hadits hasan shahih gharib menurut Tirmidzi
Terus nun yang ada dalam lafad الزيدان itu terbuat dari tanwin,, kan muskil...
BalasHapus