Kamis, 14 September 2017

Berbanggalah Karena Bahasa Arab Punya Mutsanna


          Mutsanna adalah isim maf’ul dari fi’il ثنَّى- يُثَنِّي yang bermakna melipat, maka mutsanna secara bahasa maknanya sesuatu yang dilipat. Apa sesuatu yang dilipat tersebut? Ma’thuf. Pada awalnya mutsanna adalah susunan ma’thuf dan ma’thuf ‘alaih. Kemudian ma’thufnya dilipat dan disatukan pada ma’thuf ‘alaihnya sehingga hanya nampak 1 kata. Untuk menandakan bahwa di sana ada ma’thuf maka diganti dengan huruf alif. Misalnya قام الزيدانِ = قام زيدٌ وزيدٌ.
          Adapun secara bahasa mutsanna adalah bentuk tertentu yang menunjukkan makna dua dengan cara menambahkan huruf alif dan nun atau ya dan nun di akhir bentuk mufrodnya. Bentuk ini tidak kita temui pada bahasa lain, sehingga mutsanna masuk ke dalam daftar keunikan bahasa Arab. Meskipun begitu, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar bisa disebut mutsanna:
     1.     Diambil dari lafadz mufrad. Sehingga tidak termasuk mutsanna kata كِلابانِ karena diambil dari lafadz jamak.
    2.    Berasal dari isim mu’rab bukan isim mabni. Adapun هذان، هتان، الّذان، الّتان, sudah berbentuk mutsanna dari awalnya, bukan diambil dari bentuk mufradnya. Maka tidak termasuk mutsanna kata أنتمانِ.
     3.    Bukan dari tarkib isnadi maupun mazji. Adapun jika dari tarkib idhofi maka tidak masalah. Maka tidak termasuk mutsanna kata حضرموتانِ.
     4.    Harus dari isim nakirah, karena jika isim ‘alam dibuat mutsanna akan hilang esensi kemakrifatannya. Maka solusinya harus diberi tanda ta’rif lagi agar tetap ma’rifah. Misalnya الزيدانِ atau يا زيدانِ.
     5.    Terdiri dari 2 isim dengan lafadz yang sama. Sehingga tidak termasuk mutsanna yang disebutkan oleh Rasulullah g :
اللهم أعِزّ الإسلامَ بأحبِّ العُمَرَيْنِ
“ya Allah muliakan Islam dengan salah satu dari 2 Umar yang lebih Kau cintai” [1]
Yang dimaksud dengan العُمَرَيْنِ di sini adalah Umar bin Khaththab dan Amr bin Hisyam (Abu Jahal). Ini termasuk ke dalam bab taghlib, mendominasikan ke salah satu nama.
     6.    Terdiri dari 2 isim dengan makna yang sama. Sehingga tidak termasuk mutsanna kata أسدانِ jika yang dimaksud adalah singa dan lelaki pemberani.
     7.    Tidak ada mutsanna yang tidak diperlukan. Ada beberapa kata yang tidak bisa dibuat mutsanna karena sudah diwakili kata lain. Misalnya: ثلاثة tidak bisa dibuat mutsanna karena ada kata ثُلاثَ, kata بعض tidak bisa dibuat mutsanna karena ada kata جُزْءانِ.
     8.    Bisa dibuat mufrod. Ada beberapa lafadz mutsanna namun tidak memiliki bentuk mufrad. Seperti: كِلا، كِلتا، اثنان، اثنتانِ. Maka ini tidak termasuk mutsanna.

Meskipun mutsanna memiliki kemiripan bentuk dengan jamak, namun hakikatnya mutsanna lebih universal. Itu sebabnya dalam mutsanna tidak ada istilah mudzakkar salim, muannats salim, dan taksir. Hal ini disebabkan shighah mutsanna mencakup laki-laki dan perempuan, berakal dan tidak berakal. Karena universalnya mutsanna ini maka dia lebih sering digunakan daripada jamak mudzakkar salim. Seringnya penggunaan ini melatar-belakangi alasan dipilihnya huruf alif sebagai icon-nya, karena ringannya huruf alif. Berhubung alif ini mustahil diharakati maka ada tugas tambahan yang harus dia emban, yakni selain sebagai tanda tatsniyyah juga sebagai tanda i’rab.
Sebetulnya huruf alif dan wawu bukan dimaksudkan untuk membedakan mutsanna dengan jamak shahih akhir, yang jadi pembeda justru harakat sebelumnya yaitu fathah dan dhammah. Sedangkan untuk membedakan antara mutsanna dengan jamak maqshur adalah dengan harakat nun, silakan baca pembahasan ini pada artikel nun sebagai simbol konsistensi tatsniyyah dan jamak. Berikut ini ilustrasi fungsi-fungsi huruf tambahan pada mutsanna:



Mengapa tanda i’rob nashab dan jarr pada mutsanna dan jamak mudzakkar sama?
Karena jika kita gabungkan ada 6 kondisi i’rob mutsanna dan jamak, sedangkan kita hanya punya 3 huruf i’rob. Maka kita masukkan tanda jarr ke dalam tanda nashab yaitu huruf ya, dengan beberapa pertimbangan:
Pertama, karena jarr adalah tanda khusus isim, maka tanda jarr lebih utama.
Kedua, karena majrurot dan manshubat sama-sama fadhlah (tambahan) dalam kalimat.
Ketiga, dhomir jarr dan nashab bentuknya sama, seperti رأيتُكَ ووَلَدَكَ.
Keempat, makna keduanya sama, seperti نظرتُكَ ونظرتُ إليكَ.
Kelima, jarak jarr ke nashab lebih dekat. Karena rafa’ adalah yang paling berat dan nashab adalah yang paling ringan.
Keenam, begitu juga secara makhraj lebih dekat. Jarr terletak di tengah mulut dan nasab di pangkal tenggorokan. Adapun rafa’ letaknya di bibir.
Inilah sekilas info tentang mutsanna, dimana dia merupakan salah satu ciri khas bahasa Arab. Wallahu a’lam.

Rizki Gumilar
Di Toriyo, Sukoharjo

Referensi:
Asrorul ‘arobiyyah
‘Ilalun Nahwi
Syarhul Mufashshol
Hasyiyatush Shobban




[1] H.R. Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Ibnu Hibban, hadits hasan shahih gharib menurut Tirmidzi

1 komentar:

  1. Terus nun yang ada dalam lafad الزيدان itu terbuat dari tanwin,, kan muskil...

    BalasHapus