1 4. Asah dengan al-Qur’an dan
as-Sunnah
Lafadz al-Qur’an merupakan
jantungnya bahasa Arab, sehingga para ulama menjadikannya hujjah utama dalam
kaidah bahasa Arab, hal tersebut tidak lain karena lafadznya
yang fasih dan mudah, tanpa cacat sedikitpun. Maka diantara nikmat Allah yang
patut kita syukuri adalah Allah mudahkan lafadz al-Qur’an, sehingga siapapun
yang “mau” menghafalkannya akan mampu menghafalnya. Sebagaimana janji Allah
dalam surat al-Qomar ayat 17:
﴿وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ
مِن مُّدَّكِرٍ﴾
“sungguh telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk
dipelajari, maka apakah ada yang mau mengambil pelajaran?”
Mujahid mengatakan bahwa bacaannya yang dipermudah.
Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhu- mengatakan:
"لولا
أنّ الله يسّره على لسانِ الآدميّينَ ما استطاع أحدٌ من الخلقِ أن يتكلمَ بكلام
الله"
“seandainya
Allah tidak memberi kemudahan pada lidah anak Adam, maka tidak akan ada satu
makhluk pun yang dapat mengucapkan Kalam Allah”.[1]
Sama halnya dengan sunnah Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam- yang
merupakan hujjah kedua setelah al-Qur’an, karena sesungguhnya Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam- adalah
manusia yang paling fasih lisannya di muka bumi.
Maka
dengan seringnya kita membaca al-Qur’an
dan as-Sunnah, menghafalkannya, mentadaburinya, dan mengajarkannya, akan lebih
memudahkan dalam mempelajari bahasa Arab dan menjaganya.
Rizki Gumilar
di Kampung Santri
0 komentar:
Posting Komentar