Sabtu, 02 September 2017

Ketika Upaya Berbuah Kegagalan


Mungkin diantara kita ada yg merasa jengkel, dongkol, atau kesel ketika telah berusaha semaksimal mungkin namun hasilnya nihil.

Andaikan kita tahu kebaikan yang ada dibalik itu semua pasti kita tidak akan mengeluh, justru kita akan bersyukur.

Kok bisa?? Itu tidak rasional, setiap orang pasti akan merasa rugi di saat dia kerahkan seluruh upayanya untuk mengejar apa yang diinginkannya, namun dia tidak mendapatkan apa-apa. Seandainya dia tahu hasilnya akan seperti itu mungkin dia akan mengatakan: "mengapa Allah tidak memberikan hasilnya sejak awal atau untuk apa saya bersusah-susah jika hasilnya begini?? Bukankah Allah menyaksikan apa yang kita lakukan dan juga mengetahui apa yang kita dapatkan kelak?"

Coba kita renungkan sejenak. Apa jadinya jika Allah memberikan hasilnya sejak awal dan tidak memberi kita kesempatan untuk berusaha?

👉🏻 kita tidak diberi kesempatan untuk dicintai Allah. Bukankah Allah sendiri yang mengabarkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang bertawakal?

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (آل عمران: ١٥٩)
Sekarang kita tahu mengapa Allah membiarkan kita tetap berusaha meskipun Dia tahu hasil akhirnya.

👉🏻 kita tidak bisa menjadi hamba yang tangguh. Coba kita perhatikan apa jadinya seorang anak yang tidak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dan belajar oleh orang tuanya? Bahkan saking over protective-nya setiap langkah anaknya selalu dituntun. Tentu hal ini akan menghambat pertumbuhannya. Maka Allah Rabb kita tidaklah demikian. Allah biarkan hambanya terjatuh dan menangis yang kemudian Dia raih tangannya dan usap air matanya. Dengan begitu hambanya menjadi lebih tangguh, bukankah Allah lebih menyukai hamba yang tangguh?

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ (رواه مسلم)

👉🏻 kita tidak akan pernah kembali pada-Nya. Pada setiap upaya terselip doa. Bukankah seringkali kita ingat pada-Nya di saat susah dan lupa di saat senang? Maka Allah sangat rindu terhadap hamba-Nya yang sujud bersimpuh di hadapan-Nya dan menunjukkan kehinaannya.

إَنَّهُ تَعَالَى، يُحِبُّ تَضَرُّعَ عَبْدِهِ وَإِظْهَارَ ذُلِّهِ وَمَسْكَنَتِهِ (تفسير السعدي)

Sebaliknya, apa jadinya jika kita hanya menunggu ketetapan Allah tanpa ada upaya sedikitpun?

👉🏻 maka hampir bisa dipastikan hasilnya gagal. Bukankah Allah Ta'ala sudah menetapkan bahwa Diri-Nya tidak akan menolong hamba-Nya yang enggan berusaha?

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ (الرعد: ١١)

Jika kita enggan berusaha, maka hakikatnya kita telah mengakui kekalahan kita sebelum bertanding.

👉🏻 Rasulullah berlepas diri dari sikap tersebut. Mungkin saja kita enggan berusaha karena malas, apalagi hal yang didambakan dianggap mustahil. Ingatlah bahwa Rasulullah mengingatkan kita untuk berlindung dari penyakit tersebut.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas"

👉🏻 termasuk ke dalam ciri orang kafir. Mungkin saja kita enggan berupaya karena telah putus asa terlebih dahulu. Sadarilah bahwa putus asa merupakan sifat orang kafir yang seyogyanya kita hindari. Bukankah Allah telah berfiman:

وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (يوسف: ٨٧)


Dari sini semoga kita mulai membuka mata hati ketika kita dapati harapan tidak sesuai dengan kenyataan, kita sikapi dengan lapang dada dan yakini pada ketetapan Allah selalu ada kebaikan...

Rizki Gumilar

di Toriyo, Sukoharjo

0 komentar:

Posting Komentar