Mungkin diantara kita ada yg merasa jengkel, dongkol, atau kesel
ketika telah berusaha semaksimal mungkin namun hasilnya nihil.
Andaikan kita tahu kebaikan yang ada dibalik itu semua pasti kita
tidak akan mengeluh, justru kita akan bersyukur.
Kok bisa?? Itu tidak rasional, setiap orang pasti akan merasa rugi
di saat dia kerahkan seluruh upayanya untuk mengejar apa yang diinginkannya,
namun dia tidak mendapatkan apa-apa. Seandainya dia tahu hasilnya akan seperti
itu mungkin dia akan mengatakan: "mengapa Allah tidak memberikan hasilnya
sejak awal atau untuk apa saya bersusah-susah jika hasilnya begini?? Bukankah
Allah menyaksikan apa yang kita lakukan dan juga mengetahui apa yang kita
dapatkan kelak?"
Coba kita renungkan sejenak. Apa jadinya jika Allah memberikan
hasilnya sejak awal dan tidak memberi kita kesempatan untuk berusaha?
👉🏻 kita tidak diberi kesempatan untuk dicintai Allah. Bukankah Allah
sendiri yang mengabarkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang bertawakal?
إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (آل عمران: ١٥٩)
Sekarang kita tahu mengapa Allah membiarkan kita tetap berusaha
meskipun Dia tahu hasil akhirnya.
👉🏻 kita tidak bisa menjadi hamba yang tangguh. Coba kita perhatikan
apa jadinya seorang anak yang tidak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dan
belajar oleh orang tuanya? Bahkan saking over protective-nya setiap langkah
anaknya selalu dituntun. Tentu hal ini akan menghambat pertumbuhannya. Maka
Allah Rabb kita tidaklah demikian. Allah biarkan hambanya terjatuh dan menangis
yang kemudian Dia raih tangannya dan usap air matanya. Dengan begitu hambanya
menjadi lebih tangguh, bukankah Allah lebih menyukai hamba yang tangguh?
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ
خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ (رواه مسلم)
👉🏻 kita tidak akan pernah kembali pada-Nya. Pada setiap upaya
terselip doa. Bukankah seringkali kita ingat pada-Nya di saat susah dan lupa di
saat senang? Maka Allah sangat rindu terhadap hamba-Nya yang sujud bersimpuh di
hadapan-Nya dan menunjukkan kehinaannya.
إَنَّهُ تَعَالَى،
يُحِبُّ تَضَرُّعَ عَبْدِهِ وَإِظْهَارَ ذُلِّهِ وَمَسْكَنَتِهِ (تفسير السعدي)
Sebaliknya, apa jadinya jika kita hanya menunggu ketetapan Allah
tanpa ada upaya sedikitpun?
👉🏻 maka hampir bisa dipastikan hasilnya gagal. Bukankah Allah Ta'ala
sudah menetapkan bahwa Diri-Nya tidak akan menolong hamba-Nya yang enggan
berusaha?
إِنَّ اللَّهَ
لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ (الرعد: ١١)
Jika kita enggan berusaha, maka hakikatnya kita telah mengakui
kekalahan kita sebelum bertanding.
👉🏻 Rasulullah berlepas diri dari sikap tersebut. Mungkin saja kita
enggan berusaha karena malas, apalagi hal yang didambakan dianggap mustahil.
Ingatlah bahwa Rasulullah mengingatkan kita untuk berlindung dari penyakit
tersebut.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka,
aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas"
👉🏻 termasuk ke dalam ciri orang kafir. Mungkin saja kita enggan
berupaya karena telah putus asa terlebih dahulu. Sadarilah bahwa putus asa
merupakan sifat orang kafir yang seyogyanya kita hindari. Bukankah Allah telah
berfiman:
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ
اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
(يوسف: ٨٧)
Dari sini semoga kita mulai membuka mata hati ketika kita dapati
harapan tidak sesuai dengan kenyataan, kita sikapi dengan lapang dada dan
yakini pada ketetapan Allah selalu ada kebaikan...
Rizki Gumilar
di Toriyo, Sukoharjo
0 komentar:
Posting Komentar