7. Kembali
kepada kitab klasik
Tidak
diragukan lagi bahwa para salaf memiliki rasa bahasa yang kuat, ubun-ubun
kaidah bahasa telah mereka pegang dengan erat sehingga memungkinkan mereka
untuk langsung merujuk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Hendaknya kita mengikuti
jejak mereka dalam mempelajari bahasa yang luhur ini.
Abul Barra -rahimahullah- berkata:
"الزَمْ دراسةَ اللغةِ على منهجِ
السلفِ، واقرَأْ ما كان جَيِّدَ المستوى منها، وازْهدْ في كتبِ المعاصرين،
واعلَمْ أنّ الخيرَ الذي فيها موجودٌ في
سابقاتها"
“biasakanlah mempelajari
bahasa Arab dengan metode salaf, bacalah kitab mereka berdasarkan tingkatannya,
dan kurangilah membaca kitab-kitab kontemporer, ketahuilah bahwa setiap
kebaikan yang kita temukan pada kitab kontemporer pasti akan kita temukan pada
kitab klasik”.[1]
Ibnu Malik -rahimahullah-
menyebutkan dalam bait alfiyyah-nya:
ما كان أصحَّ علمَ مَن تقدَّما
“alangkah benarnya ilmu orang-orang
terdahulu”
Kemudian Syaikh al-Utsaimin
-rahimahullah- menjelaskan perkataan Ibnu Malik tersebut:
"فعلمُ المتقدّمين هو الصحيح، أمّا
المتأخّرين فما أكثر االحشْوَ في علمهم وعدم الفائدة، فإنك قد تقرأ عشر صفحاتٍ من
كتابٍ، ولا تستفيدُ، وإذا استفدتَ فالفائدةُ قليلة، لكن كتبُ المتقدّمين وعلمهم
أصحُّ وأنفعُ، ولهذا أنا أنصحُ طلبةَ العلم ألّا يقرؤوا في كتبِ المتأخّرين، فما
فيها إلا الزَّخرفةُ والتنويعُ والتبويبُ، لكنّ العلمَ المكنوزَ تجده في كتبِ
الأوّلين"
“ilmu orang-orang terdahulu lebih shahih, adapun ilmu
orang-orang sekarang terlalu banyak kata-kata namun hakikatnya tidak berfaedah.
Maka tidak heran jika kamu membaca 10 halaman dari kitab (kontemporer),
tidaklah berfaedah. Seandainya pun berfaedah, maka hanya sedikit. Sedangkan
kitab-kitab klasik lebih shahih dan lebih bermanfaat. Maka dari itu saya
sarankan kepada para penuntut ilmu agar tidak membaca kitab-kitab kontemporer,
karena isinya hanya dipenuhi dengan kata-kata indah, banyaknya variasi dan bab,
sedangkan ilmu yang padat akan kamu dapati pada kitab-kitab klasik”[2]
Saya sarankan untuk mempelajari kitab-kitab yang telah
direkomendasikan oleh para pendahulu kita dan telah berhasil mencetak para ahli
bahasa, tentu saja dengan menyesuaikan tingkatannya:
1) Untuk pemula silahkan pelajari kitab
“al-Ajurumiyyah” karya Ibnu Ajurrum -rahimahullah- yang sudah masyhur di
kalangan kita. Untuk syarahnya bisa mengambil kitab “al-Mumti” milik Syaikh
Malik al-Mahdzary, di dalamnya disertai contoh-contoh dari al-Qur’an.
2) Untuk level menengah bisa pelajari kitab “Qothrun Nada” milik Ibnu Hisyam -rahimahullah-. Adapun penjelasan kitab ini bisa merujuk kepada syarahnya Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan yang berjudul “Ta’jilun Nada”.
2) Untuk level menengah bisa pelajari kitab “Qothrun Nada” milik Ibnu Hisyam -rahimahullah-. Adapun penjelasan kitab ini bisa merujuk kepada syarahnya Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan yang berjudul “Ta’jilun Nada”.
3) Untuk lanjutan setidaknya pelajari kitab “Alfiyyah
Ibnu Malik” karena isinya yang padat namun luas. Syarahnya yang r ingan dan mudah dipahami bisa
mengacu pada “Syarah Alfiyyah” milik Syaikh al-Utsaimin -rahimahullah-.
Selesai...
Rizki Gumilar
di Kampung Santri
0 komentar:
Posting Komentar