E.
Syibhu Shighah Muntaha al-Jumu’[1]
Diantara kata yang menyerupai shighah muntaha al-jumu’ adalah سراويل, yakni menggunakan wazan مفاعيل. Saraawiil merupakan
jenis celana yang banyak digunakan di Andalusia dan Maghrib.[2] Jenis celana ini sudah
ada pada masa Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
عن ابن عمر -رضي الله عنهما- عن
النبي -صلى الله عليه وسلم-، أن رجلا سأله: "ما يلبس المحرِح؟" فقال:
"لا يلبس القميص ولا العمامة ولا السراويل..."
Dari Ibnu Umar -radhiyallahu ‘anhuma-, dari Nabi -shalallahu
‘alaihi wa sallam-, seseorang bertanya kepada Beliau: “apa yang dikenakan orang
yang berihrom?” Beliau menjawab: “dia tidak boleh mengenakan baju, atau imamah (penutup kepala), atau saraawiil...” [3]
Menurut definisinya, saraawiil adalah pakaian yang
menutup pusar, dua lutut, dan yang ada diantara keduanya (untuk laki-laki atau
perempuan).[4] Dia bukan berasal dari bahasa Arab yang shahih.
Al-Laits berkata, dia berasal dari bahasa Persia yang di-arab-kan. Al-Azhari
berkata, dia mufrod dengan lafadz jamak. Sibawaih berkata: dia tidak dijamak
dengan jamak taksir karena jika dibuat jamak taksir lafadznya akan kembali ke
lafadz mufrod.[5] Maka saraawiil dijamak
dengan jamak muannats salim, sebagaimana dalam hadits yang sama dengan lafadz
yang berbeda berikut ini:
عن ابن عمر -رضي الله عنهما-، أن
رجلا قال: "يا رسول الله، ما يلبس المحرِح من الثياب؟" قال رسول الله -صلى
الله عليه وسلم-،: "لا يلبس القُمُص ولا العمائم ولا السراويلات..."[6]
Meskipun
ada yang mengatakan bahwa saraawiil jamak dari sirwaal atau sirwaalah.[7]
Namun menurut Sibawaih, Ibnul Hajib, dan jumhur nahwiyyin, saraawiil adalah
a’jamii (asing).[8] Sedangkan al-Mubarrab menyebutkan
dua pendapat tersebut tanpa merajihkan salah satunya, menurut beliau jika dia
jamak, maka dia termasuk shighah muntaha dan ghairu munsharif sebagaimana isim
lainnya. Dan jika dia mufrod maka tetap ghairu munsharif karena diserupakan
dengan shighah muntaha meskipun telah di-arab-kan.[9] Kata sirwaalah tidak pernah terdengar dari orang Arab,
seandainya ada maka dia adalah bentuk lain dari saraawiil.[10]
Kata
lainnya yang menyerupai shighah muntaha al-jumu’ adalah حضاجِرُ. Disebutkan bahwa dia isim mufrod ma’rifah
ghairu munsharif berwazan jamak maknanya anjing hutan atau anaknya.[11] Dan
jika isim mufrod menggunakan wazan jamak maka maknanya mubalaghah, maka anjing
hutan dinamakan حضاجِرُ karena badannya yang besar.[12] Adapun
menurut Sibawaih[13]
dan az-Zamakhsyari[14] kata حضاجِرُ diperkirakan jamak dari kata حَضْجَرٌ.
Demikian
penjelasan singkat mengenai shighah muntahaa al-jumu’, semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam.
Rizki Gumilar
di Kampung Santri
[1] Istilah ini
terambil dari bait:
وَلِسراويل
بهذا الجمع شَبَه اقتضى عموم المنع
“Lafadz saraawiil mirip dengan jamak ini, secara umum dianggap
tidak bertanwin” (Alfiyyah Ibnu Malik: 44)
[2] Al-Mu’jam
al-mufashshal bi asmaa-i al-malaabis ‘inda al-‘arab: 53
[3] Shahih
al-Bukhari, kitab al-ilmi, bab man ajaaba as-saa-ila bi aktsara mimmaa sa-alah,
hadits no. 134
[4] Al-Mu’jam
al-wasith: 428
[5] Lisaanul
‘arab: 11/334
[6] Shahih
al-Bukhari, kitab al-hajj, bab maa laa yalbasu al-muhrim min ats-tsiyaab,
hadits no. 1542
[7] Lisaanul
‘arab: 11/334
[8] Syarh
al-kitab: 3/ 496, Syarh al-kafiyah: 1/97
[9] Al-Muqtadhab:
3/345, Alfiyyah Ibnu Malik: 44
[10] Syarh
al-kitab: 3/496, Hasyiyah ash-shobban: 3/363-364
[11] Al-Qamus
al-muhith: 377
[12] Syarh
al-kitab: 3/ 495
[13] Al-Kitab:
3/229, Syarh al-kitab: 3/ 495
[14] Al-Mufashshol:
42, Syarh al-mufashshol: 1/150
0 komentar:
Posting Komentar