A.
Pentingnya mempelajari
Rasm Utsmani
Rasm
maknanya adalah tulisan, dan ia terbagi menjadi 2 jenis: Rasm Qiyasi dan Rasm
Isthilahi. Rasm Qiyasi adalah kaidah penulisan bahasa Arab yang ada pada kita
sekarang ini, atau yang biasa disebut kaidah imlaiyyah. Rasm ini sangat mudah
kita dapati di berbagai media tulisan, seperti hadits, kitab para ulama,
buku-buku pelajaran, koran, dan semua media yang menggunakan bahasa Arab.
Sedangkan
Rasm Isthilahi adalah kaidah penulisan yang hanya ada pada Mushaf al-Qur’an, dikenal
juga dengan Rasm Utsmani, disandarkan kepada Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu
atas gagasan beliau dalam pembukuan al-Qur’an. Pada dasarnya Rasm Utsmani ini
berkesesuaian dengan Rasm Qiyasi, hanya saja dalam beberapa hal terdapat
perbedaan, dan itu tidak banyak.
Mempelajari
ilmu Rasm Utsmani ini penting bagi setiap muslim. Karena beberapa hal berikut
ini:
1.
Rasm Utsmani merupakan
ijma’ Sahabat. Dan ijma’ ini bukanlah ijma’ yang kecil, melainkan 12.000 Sahabat
sepakat atas perintah Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Bahkan Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang semula tetap bertahan dengan mushafnya sendiri,
akhirnya beliau membakar mushafnya dikarenakan ijma’ ini. Maka penting bagi
kita mengetahui ilmu ini agar tidak menyelisihi ijma’ sahabat.
2.
Rasulullah shalllahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ
وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ
حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran
maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan
menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan: “alif lam mim” satu
huruf akan tetapi “alif” satu huruf, “laam” satu huruf dan “miim” satu huruf.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).
Diantara faedah hadits diatas
adalah setiap ibadah yang berkaitan dengan al-Qur’an itu ditentukan berdasarkan
Rasm Utsmani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa
pahala membaca الم adalah 3
kebaikan berdasarkan Rasm Utsmani, seandainya berdasarkan lafadz yang diucapkan
maka semestinya 9 kebaikan karena terdiri dari 9 huruf: أَلِف
لاَم مِيم.
3.
Imam Ibnul Jazari
rahimahullah menyebutkan dalam Nadzhom Thoyyibatun Nasyr, bahwa syarat bacaan
al-Qur’an yang benar itu ada 3:
فَكُلُّ ما وافَقَ وَجهَ نَحوِ وَكانَ
لِلرَّسمِ احتِمالًا يَحوِي
وَصَحَّ إسنادًا هُوَ القُرآنُ فَهذِهِ
الثَّلاثَةُ الأركانُ
وَحَيثُما يَختَلَّ رُكنٌ أثبِتِ شُذُوذَهُ لَو أنَّهُ فِي السَّبعَةِ
“Setiap
yang berkesesuaian dengan kaidah nahwu meskipun hanya 1 madzhab, dan yang berkesesuaian
dengan Rasm Utsmani meskipun ihtimal (opsional), dan sanad yang bersambung,
itulah al-Qur’an. Inilah 3 rukun bacaan yang benar. Dimana salah satu rukunnya
tidak terpenuhi maka itu adalah bacaan yang syadz (menyelisihi kaidah) meskipun
dia mengikuti 7 imam.”
Kita
mengetahui ada banyak dari kalangan kita yang mempelajari rukun pertama dan
ketiga. Namun jarang diantara kita yang menaruh perhatian pada rukun yang
kedua, yaitu ilmu Rasm Utsmani.
4.
Jika
kita mengetahui bahwa seorang ahli nahwu dan seorang musnid (yang memiliki
sanad al-Qur’an) termasuk ke dalam penjaga wahyu. Maka ketahuilah bahwa seorang
yang menguasai kaidah Rasm Utsmani termasuk ke dalam deretan tersebut.
B.
Sebab-sebab Perbedaan Rasm
Utsmani dengan Rasm Qiyasi
Kita
dapati ada banyak tulisan yang membahas tentang makna rahasia dibalik penulisan
Rasm Utsmani yang menyelisihi Rasm Qiyasi. Hanya saja kebanyakan tulisan tersebut
hanyalah dugaan semata tanpa dalil yang kuat. Berikut ini saya bawakan sebab-sebab
perbedaan tersebut berdasarkan pendapat jumhur ulama:
1.
Rasm Utsmani adalah Tauqifiyyah,
hal yang tidak perlu dipertanyakan sebabnya. Ketahuilah bahwasanya para Sahabat
menuliskan al-Qur’an berdasarkan arahan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semasa
hidup beliau. Dan beliau tidaklah mengetahui hal itu melainkan dari Jibril ‘alaihis
salam, karena beliau adalah seorang yang ummiy (tidak bisa baca tulis). Maka tidak
perlu dipertanyakan alasannya karena rasm ini sudah tersimpan sejak dahulu kala
di Lauhul Mahfudz. Sama halnya dengan urutan ayat adalah perkara tauqifiyyah. Terkadang
ayat nasikh (yang menggantikan) muncul lebih dulu daripada ayat mansukh (yang
digantikan), dan tidak perlu kita pertanyakan.
2.
Rasm Utsmani yang ada
sekarang ini merupakan Rasm Qiyasi pada masa Sahabat. Dan hal ini ditemukan
pada tulisan-tulisan mereka selain al-Qur’an. Hingga akhirnya muncul Madzhab
Nahwu Basrah dan Kufah. Barulah pada masa itu dirumuskan kaidah-kaidah
penulisan untuk memudahkan pelajar, yang disebut dengan Rasm Qiyasi. Sehingga kita
merasakan sedikit kesulitan memahami Rasm Utsmani dikarenakan kita sudah
terbiasa dengan Rasm Qiyasi. Maka suatu hal yang tidak pantas ketika kita
menghakimi Rasm Utsmani menggunakan Rasm Qiyasi, padahal Rasm Utsmani muncul
lebih dahulu daripada Rasm Qiyasi.
3.
Pada masa Rasm Utsmani
belum ada tanda baca, titik, tanda hamzah, tasydid, dan lainnya. Sehingga kata مِنْهُ itu
sama tulisannya dengan مِئَةٌ ketika
itu, maka dari itu diberi tanda alif setelah mim untuk membedakan menjadi مِائَةٌ. Atau contoh lain kata إِلَيْكَ itu
sama tulisannya dengan أُلَئِكَ pada
masa itu, maka dari itu diberi tanda wawu setelah hamzah untuk membedakan menjadi
أُولئِكَ.
Dan masih banyak lagi contoh lainnya, yang mana semua ini bertujuan untuk
menghindari iltibas.
4.
Ada kemungkinan rasm tersebut
tidak baku menurut satu dialek namun baku menurut dialek yang lain. Sebagai contoh
penulisan ة
bagi Bani Thoyyi’ lebih baku menggunakan ت maka dalam al-Qur’an juga ada yang semisal
itu. Atau menghilangkan huruf ي
pada kata يأتِ
padahal tidak ada penjazm, dan ini ada pada dialek Bani Hadzil dan ada juga
dalam al-Qur’an. Begitu contoh-contoh yang lainnya, ini semua merupakan bahasa
yang fasih.
5.
Untuk mengetahui
mukholafah mughtafaroh, yakni adanya kemungkinan bacaan lain yang
diperbolehkan. Misalnya kata مالِكِ ditulis tanpa alif untuk menandakan boleh
juga dibaca pendek. Atau kata كلمت ditulis tanpa alif untuk menandakan boleh
dibaca panjang yang bermakna jamak, boleh juga dibaca pendek yang bermakna
mufrod. Atau yang semisal itu.
6.
Atau untuk menandakan asal
hurufnya misalnya kata الصلوة، الزكوة، الحيوة tidak menggunakan alif untuk menandakan
bahwa asalnya adalah wawu.
Itu
diantara sebab-sebab mengapa Rasm Utsmani berbeda dengan Rasm Qiyasi. Wallahu a’lam.
Rujukan
utama: Kitab Samiru ath-Tholibin fi Rasmi wa Dhobthi al-Kitabi al-Mubin
Abu
Kunaiza
Riyadh, 9
Dzulhijjah 1439 H
yang benar bang
BalasHapussaya imad
BalasHapus