Kata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “ما
dalam
kaidah bahasa Arab ditujukan bagi sesuatu yang tidak berakal atau sifat bagi
yang berakal.” (Majmu’ Fatawa: 16/562). ما
yang
menunjukkan tidak berakal insya Allah antum sekalian sudah mengetahuinya.
Adapun contoh untuk ما
yang menunjukkan sifat bagi yang berakal adalah pada ayat: فَانكِحُوا
مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاءِ “Maka nikahilah wanita-wanita
yang baik bagi kalian” (an-Nisa: 3).
Jika
ada yang bertanya, mengapa isim maushul pada surat al-Kafirun menggunakan ما :
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ dan tidak
menggunakan مَن: لَا
أَعْبُدُ مَنْ تَعْبُدُونَ ? Ada yang berpendapat bahwa
karena berhala itu tidak berakal. Maka jawaban ini tidak tepat, karena
sesembahan mereka ada juga yang berasal dari malaikat, orang-orang sholeh, para
nabi, jin, dan lain-lain. Meskipun ada juga sesembahan mereka yang tidak
berakal, namun yang berakal semestinya mengalahkan yang tidak berakal
sebagaimana firman Allah:
فَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى بَطْنِهِ
وَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى رِجْلَيْنِ وَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى أَرْبَعٍ
“diantaranya ada yang berjalan di atas
perutnya, ada yang berjalan dengan dua kakinya, dan ada yang berjalan dengan
empat kaki” (an-Nur: 45)
Kita
lihat pada ayat diatas, semuanya menggunakan lafadz مَن,
padahal tidak semua yang dimaksud adalah manusia (yang berakal). Sehingga
semestinya yang berakal mengalahkan yang tidak berakal.
Maka
makna ما maushulah pada ayat لَا
أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ adalah mencakup semua jenis yang
disembah, baik dia tidak berakal maupun sifat dari yang berakal. Sedangkan jika
menggunakan مَن, akan menjadi lebih spesifik yaitu hanya
untuk yang berakal.
Bukti
yang menguatkan bahwa ما
itu menunjukkan makna jenis secara umum adalah ucapan Fir’aun: وَمَا
رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ (الشعراء: 23). Apakah Fir’aun hendak menanyakan
hakikat Robb? Bukan, karena dia sudah mengetahuinya, sebagaimana Nabi Musa
berkata: لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ هَؤُلَاءِ إِلَّا
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ (الإسراء: 102) "Sesungguhnya
kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan ayat-ayat itu kecuali Robb
Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti yang nyata”. Lantas mengapa Fir’aun
bertanya menggunakan ما ? Karena jika dia menggunakan مَن
akan menunjukkan bahwa dia mengetahui hakikat Robb yang sebenarnya. Sehingga dia
menggunakan kata ما sebagai bentuk pengingkaran: “Apa
pula dia ini? Apa itu yang kau namakan Robb semesta alam?”.
Setelah
kita mengetahui apa makna ما yang sebenarnya, sekarang bisa kita
ambil kesimpulan mengapa pada surat al-Kafirun menggunakan kata ما
dan bukan مَن:
Pertama,
menunjukkan bahwa kita harus berlepas diri dari semua jenis ilah selain Allah,
baik berakal maupun tidak. Sedangkan jika menggunakan مَن
hanya terbatas pada yang berakal. Kedua, berlepas diri disini tidak
hanya terbatas pada objek yang disembahnya namun juga dari pelaku syiriknya dan
ritual penyembahannya, karena semuanya batil. Sedangkan jika menggunakan مَن
hanya terbatas pada objek yang disembah. Ketiga, menunjukkan bahwa semua
ibadah mereka adalah batil meskipun di sebagian waktu mereka menyembah Allah,
karena ibadah mereka adalah ibadah yang majemuk. Sedangkan jika menggunakan مَن akan menunjukkan bahwa sebagian ibadah mereka salah,
sebagian lagi benar. Keempat, ketika ibadah mereka majemuk maka mereka
juga berlepas diri dari kaum muslimin. Sedangkan jika menggunakan مَن mereka akan mengklaim bahwa ketika menyembah Allah
mereka juga muslim meskipun setelah itu berbuat syirik lagi. Kelima, menunjukkan
bahwa semua yang mereka yakini tentang Dzat Allah adalah batil. Sedangkan jika
menggunakan مَن maka kita
membenarkan anggapan mereka bahwa Nabi Isa itu Allah, patung itu Allah, dan
seterusnya. Keenam, menunjukkan bahwa semua yang mereka yakini tentang Sifat
Allah adalah batil. Seperti Allah memiliki anak, Allah ada dimana-mana, dan
seterusnya. Jika menggunakan مَن makna ini
tidak akan tercapai. Wallahu a’lam.
Disari
dari Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah jilid 16
Abu
Kunaiza
Riyadh, 5
Dzulhijjah 1439 H
0 komentar:
Posting Komentar