Jumat, 17 Agustus 2018

Mengetahui Makna Fi’il pada Surat al-Kafirun




          Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Fi’il Mudhori’ dalam kaidah bahasa Arab menunjukkan waktu yang kontinyu selain waktu lampau. Dengan kata lain ia mencakup waktu sekarang dan mendatang.” (Majmu’ Fatawa: 16/551). Misalnya dalam surat al-Kafirun ada kata لَاأَعبُدُ dan ماتَعبُدُونَ, keduanya menggunakan fi’il mudhori’ yang bermakna menafikan ibadah kepada sesembahan mereka yang sekarang dan mendatang.
          Berbeda dengan ayat setelahnya yang menggunakan syibhul fi’li وَلا أنا عابِدٌ dan menggunakan fi’il madhi ماعَبَدتُّم. Maka ini bermakna menafikan ibadah kepada sesembahan mereka yang telah lalu. Sehingga jika 2 kalimat ini digabungkan, sudah mencakup penafian di semua waktu: dulu, sekarang, dan mendatang.
          Kemudian kalau kita perhatikan pada ayat yang kedua ini وَلا أنا عابِدٌ menggunakan syibhul fi’li (isim fa’il), tidak menggunakan fi’il sebagaimana ayat sebelumnya لَاأَعبُدُ. Sepintas tampak sama namun ada perbedaan makna. Huruf لا yang masuk pada jumlah ismiyyah diatas adalah لا التَّبْرِئَةُ المُهْمَلَة (nama lain dari laa nafiyyah lil jinsi yang tidak beramal). Huruf ini tidak beramal karena isimnya bukan isim nakiroh. Jenis لا ini berbeda dengan laa nafiyyah yang masuk kepada fi’il, karena ia memiliki makna tambahan yaitu tabri’ah (berlepas diri, membersihkan), sehingga makna nafi-nya lebih kuat.
          Contoh sederhananya sebagaimana kalimat: لا أفعلُ كذا artinya “aku tidak melakukan hal itu”, sedangkan لا أنا فاعلٌ كذا artinya “aku membersihkan diriku dari melakukan hal itu, artinya berlepas diri secara total”. Syaikhul Islam memperjelas lagi bahwa model kalimat yang pertama yang menggunakan fi’il, boleh jadi dia meninggalkan perbuatan itu tanpa disertai benci namun karena ada sebab lain. Sedangkan model kalimat kedua yang menggunakan isim, bermakna dia harus mencegah dirinya dari perbuatan itu dengan kebencian, inilah yang dimaksud dengan baro’ah.
Hal ini sejalan dengan firman Allah di ayat yang lain:
أَنتُم بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِّمَّا تَعْمَلُونَ
Kalian berlepas diri dari apa yang aku kerjakan dan aku berlepas diri dari apa yang kalian kerjakan” (Yunus: 41)
          Begitu juga sebaliknya, dari pihak orang kafir pun menggunakan لا التبرئة yakni ولا أنتم عابِدُونَ “bahwasanya kalian juga berlepas diri dari ibadah apa yang kaum muslimin sembah”. Ini menunjukkan bahwa jiwa mereka itu kotor dan tidak layak menyembah Ilaah-nya Nabi Muhammad -shalallahu ‘alaihi wa sallam-.
          Uniknya, ketika disandarkan kepada kaum kafir, objek yang disembahnya menggunakan fi’il mudhori:  ولا أنتم عابِدُونَ ماأعبُدُ tidak seperti ayat sebelumnya yang menggunakan fi’il madhi: ولا أنا عابِدٌ ماعَبَدتُّم. Apa sebabnya? Jawabnya adalah sekiranya menggunakan kalimat ولا أنتم عابِدُونَ ماعَبَدتُّ maka mereka akan menyangkal dengan mengatakan: “Siapa bilang? Kami juga menyembah apa yang kalian sembah ketika kalian masih jahiliyyah dahulu.” Maka lebih sesuai menggunakan fi’il mudhori, yang maknanya kalian berlepas diri dari apa yang aku sembah sekarang ini.
          Maka itulah alasannya mengapa ayat وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ diulang 2 kali dan keduanya menggunakan fi’il mudhori. Yakni وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ yang pertama untuk dipasangkan dengan ayat لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ yaitu menafikan ibadah apa yang disembah orang kafir sekarang dan yang akan datang. Sedangkan yang kedua untuk menafikan ibadah apa yang disembah orang kafir dahulu kala. Keduanya menggunakan fi’il mudhori مَا أَعْبُدُ karena kenyataannya para sahabat juga sebelum masuk Islam juga menyembah apa yang orang kafir sembah. Wallahu a’lam.

Disari dari Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah jilid 16



Abu Kunaiza
Riyadh, 5 Dzulhijjah 1439 H

0 komentar:

Posting Komentar