Banyak
diantara kita yang mendambakan kedatangan tamu agung, bulan suci Romadhon,
namun tak banyak yang mengetahui asal-usul penamaannya. Maka dari itu kali ini kami
hendak memperkenalkannya kepada antum sekalian.
Romadhon
(رمضان) merupakan isim ‘alam dari kata الرَّمَضُ yang bermakna batu atau pasir yang panas karena
terkena sinar matahari. Ketika ia berbentuk fi’il (رَمِضَ) maka maknanya menjadi terkena panas atau
kepanasan, sebagaimana Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ إِذَا
رَمِضَتِ الْفِصَالُ
“Shalat dhuha itu ketika anak-anak unta
mulai kepanasan” (H.R. Muslim: 748)
Maka
bulan ke 9 dinamakan bulan Romadhon karena bulan tersebut adalah puncaknya
musim panas, terlebih lagi ada ibadah yang mulia yang mampu membakar dosa-dosa
kita, yakni shaum.
Dahulunya
pada masa jahiliyyah, bulan ini dikenal dengan nama bulan Natiq (نَاتِق)
“yang merobek”, karena pada bulan
tersebut orang Arab biasa menyiapkan persenjataan mereka untuk peperangan pada
bulan Syawwal sebelum bulan-bulan haram tiba. Hal ini sebagaimana dilantunkan
oleh Ibnu Sayyidah:
وفي ناتِقٍ أجْلَتْ لدى حَومَةِ الوَغى وولَّتْ على الأدبارِ فُرسانُ خَثعَما
“Di
penghujung bulan Natiq, pasukan berkuda melepaskan singa-singa mereka ke medan
peperangan”
Kemudian namanya diganti menjadi bulan
Romadhon seiring dengan Firman Allah Ta’ala:
شَهْرُ رَمَضَانَ
الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Romadhon, bulan yang padanya
diturunkan Al Quran” (al-Baqoroh: 185).
Diantara
mereka ada yang mengatakan bahwa ketika mengucapkan kata “Romadhon” wajib di-idhofah-kan
kepada kata “Syahru” berdasarkan ayat diatas dan Hadits yang dibawakan oleh Abu
Hurairah berikut:
لا تقولوا رمضان، فإن رمضان اسم من أسماء
الله، ولكن قولوا: شهر رمضان
“Jangan
kalian katakan “Romadhon”, karena Romadhon adalah salah satu nama Allah, namun
katakanlah: “Syahru Romadhon”.”
Meskipun demikian, al-Bukhori mengatakan
di kitab Mizanul I’tidal bahwa hadits ini mungkar karena adanya nama Abu Ma’syar
Najihul Madani dalam sanadnya. Ibnul Jauzi juga mengatakan dalam kitab
al-Maudhu’at bahwa hadits ini palsu tidak ada asal-usulnya. Begitu juga Ibnu
Hajar melemahkan hadits ini dalam kitab al-Fath. Hal ini juga sejalan dengan
lafadz-lafadz yang digunakan Rasulullah di dalam haditsnya, seperti: "مَن صام رمضان" (al-Bukhori:
1901, Muslim: 760) atau "إذا دخل رمضان" (al-Bukhori:
3103, Muslim: 1079) disebutkan tanpa kata “syahru”.
Lantas
mengapa al-Qur’an menggunakan lafadz “syahru” sedangkan dalam Hadits tidak? Apakah
ada perbedaan makna antara keduanya?
Benar, bahwasanya ada perbedaan antara
dua ungkapan tersebut:
Pertama, yang dipahami dari perkataan Sibawaih bahwa
ketika Romadhon di-idhofah-kan kepada “syahru” maka fungsinya sama seperti dzhorof-dzhorof
yang lain, yakni ada taqdir huruf في di depannya. Ketika ia bermakna dzhorof,
maka seyogyanya ia merupakan jawaban dari pertanyaan “kapan?”.
Sedangkan ketika ia tidak diikuti dengan
kata “syahru”, maka seyogyanya ia tidak hendak mengabarkan keterangan waktu
namun hendak mengabarkan bilangannya, entah ia sebagai maf’ul bih seperti "مَن صام رمضان" atau
sebagai fa’il seperti "إذا دخل رمضان". Sehingga taqdirnya adalah مَن
صام الثلاثين يوما
dan إذا
دخل الثلاثون يوما
yakni hakekatnya jawaban dari pertanyaan “berapa?”.
Jika kita perhatikan pada surat al-Baqoroh: 185, kata
Romadhon disana tidak hendak mengabarkan bilangannya 30 hari, karena al-Qur’an
tidak turun setiap hari pada bulan tersebut, melainkan hanya pada salah satu
harinya saja, maka dari itu ditambahkan kata “syahru” sebelumnya.
Kedua,
jika ayat tersebut berbunyi رَمَضَانُ الَّذِي
أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ (tanpa kata “syahru”)
maka pengagungannya hanya terbatas pada Romadhon dimana al-Qur’an diturunkan
saja. Sedangkan jika ditambahkan kata “syahru”, pengagungannya berlaku pada semua
bulan Romadhon setiap tahunnya, ini pendapat yang dibawakan Ibnu Qoyyim.
Itu sekilas mengenai asal-usul Romadhon
yang bisa kami sampaikan, Wallahu Alam.
Abu Kunaiza
Riyadh
Referensi:
-
Lisanul
‘Arob
-
Badai’ul
Fawaidh
-
Al-Mawahib
al-Laduniyyah
-
An-Nukat
wal ‘Uyun
-
Al-Jami’
li Ahkamil Qur’an
-
Kitab
Sibawaih
0 komentar:
Posting Komentar