Rabu, 15 Agustus 2018

Tasyabbuh Membuat Pelakunya Keluar dari Asalnya




          Ikhwati fillah, ketahuilah bahwasanya tasyabbuh (penyerupaan) akan membuat pelakunya keluar dari asalnya. Sebagaimana seorang lelaki yang menyerupai wanita dalam hal berpakaian atau berhias maka secara psikologis akan   mengeluarkan dia dari sifat kelelakiannya tanpa disadari. Begitu juga seorang muslim yang menyerupai orang kafir akan mengeluarkan dia dari fitrahnya (islam) secara perlahan. Hal semacam ini juga terjadi pada kaidah nahwu.
          Kita lihat 3 unsur kata (isim, fi’il, dan harf) akan keluar dari prinsip asalnya ketika menyerupai satu sama lain. Perhatikan penjelasan berikut dan pegang erat kaidah ini, kelak antum akan membutuhkannya.

     1.     Isim menyerupai fi’il
Pada asalnya isim adalah munshorif, yakni bisa dimasuki tanwin dan bisa dimasuki tanda jarr. Namun ketika isim itu mirip dengan fi’il, maka menyebabkan ia ghoiru munshorif sebagaimana fi’il juga tidak bisa dimasuki tanwin dan tidak majrur. Misalnya نظرت إلى أحمدَ. Sisi kemiripan antara isim ghoiru munshorif dan fi’il adalah: fi’il harus memiliki 2 unsur agar bisa dikatakan fi’il sempurna yaitu hadats (makna pekerjaan) dan zaman (waktu), begitu juga isim agar bisa menjadi ghoiru munshorif harus memiliki 2 ‘illat (sebab) yaitu ‘illat makna dan ‘illat lafadz.

     2.    Isim menyerupai harf
Pada asalnya isim adalah mu’rob, yakni bisa dimasuki tanda rofa’, nashob, dan jarr. Namun ketika isim itu mirip dengan harf, maka menyebabkan ia mabni sebagaimana semua harf juga mabni. Misalnya مَنْ هُوَ؟. Sisi kemiripan isim mabni dan harf diantaranya karena lafadz dan makna. Dari segi lafadz, ada isim yang terdiri dari 1-2 huruf sebagaimana harf seperti هو, padahal asalnya isim adalah 3-4 huruf. Dari segi makna, ada isim yang maknanya mirip harf seperti مَن yaitu mirip hamzah istifham.

     3.    Fi’il menyerupai isim
Pada asalnya fi’il adalah mabni. Namun ketika fi’il itu mirip dengan isim, maka menyebabkan ia mu’rob sebagaimana isim juga mu’rob. Yang dimaksud fi’il mu’rob disini adalah fi’il mudhori’. Misalnya لَنْ أذهبَ. Sisi kemiripan fi’il mudhori’ dengan isim diantaranya dari lafadz dan amalannya. Dari segi lafadz, harokatnya sama dengan isim fa’il-nya seperti مُسْلِمُوْنَ – يُسْلِمُُوْنَ. Dari segi amalannya, sama-sama merofa’kan fa’il dan menashobkan maf’ul bih.

     4.    Fi’il menyerupai harf
Pada asalnya fi’il adalah mutashorrif, yakni bisa di-tashrif berdasarkan perubahan waktunya. Namun ketika fi’il itu mirip dengan harf, maka menyebabkan ia jamid (tidak bisa ditashrif) sebagaimana harf juga tetap pada setiap waktunya. Misalnya fi’il لَيْسَ dan عَسَى tidak memiliki bentuk mudhori’ dan amr. Sisi kemiripan fi’il jamid dengan harf adalah dari segi makna, لَيْسَ sama seperti ما bermakna nafi, dan عَسَى sama seperti لعلّ bermakna taroji (harapan).

     5.    Harf menyerupai fi’il
Pada asalnya harf beramal dengan lemah, yakni hanya bisa beramal pada 1 ma’mul. Namun ketika harf itu mirip dengan fi’il, maka menyebabkan ia beramal lebih kuat sebagaimana fi’il bisa beramal pada 2 ma’mul. Yang dimaksud harf disini adalah inna wa akhowatuha. Misalnya إنَّ زيدًا قائمٌ. Sisi kemiripan inna wa akhowatuha dengan fi’il adalah dari segi lafadznya, yaitu sama-sama terdiri dari 3 huruf dan diakhiri dengan fathah sebagaimana fi’il madhi. Begitu juga dari segi maknanya, yaitu إنّ bermakna أتأكّدُ.

     6.    Harf menyerupai isim
Pada asalnya harf tidaklah bermakna kecuali bersama-sama dengan ma’mulnya. Namun ketika harf itu mirip dengan isim, maka menyebabkan ia bermakna isim. Misalnya harf khithob pada ذلكم، أولئكَ، إياكما atau dhomir fashl pada زيدٌ هو القائمُ. Huruf-huruf tersebut bermakna dhomir dan taukid layaknya isim dikarenakan lafadznya yang sama seperti isim dhomir.

          Itulah bentuk-bentuk kemiripan kata satu sama lain yang menyebabkan ia keluar dari prinsip asalnya. Pahami dan hafalkan maka insya Allah akan bermanfaat.

Abu Kunaiza
Riyadh, 3 Dzulhijjah 1439 H

0 komentar:

Posting Komentar