Selasa, 21 Agustus 2018

Mengapa Rasm Utsmani Berbeda dengan Rasm Qiyasi?




       

         A.   Pentingnya mempelajari Rasm Utsmani
Rasm maknanya adalah tulisan, dan ia terbagi menjadi 2 jenis: Rasm Qiyasi dan Rasm Isthilahi. Rasm Qiyasi adalah kaidah penulisan bahasa Arab yang ada pada kita sekarang ini, atau yang biasa disebut kaidah imlaiyyah. Rasm ini sangat mudah kita dapati di berbagai media tulisan, seperti hadits, kitab para ulama, buku-buku pelajaran, koran, dan semua media yang menggunakan bahasa Arab.
Sedangkan Rasm Isthilahi adalah kaidah penulisan yang hanya ada pada Mushaf al-Qur’an, dikenal juga dengan Rasm Utsmani, disandarkan kepada Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu atas gagasan beliau dalam pembukuan al-Qur’an. Pada dasarnya Rasm Utsmani ini berkesesuaian dengan Rasm Qiyasi, hanya saja dalam beberapa hal terdapat perbedaan, dan itu tidak banyak.
Mempelajari ilmu Rasm Utsmani ini penting bagi setiap muslim. Karena beberapa hal berikut ini:
1.     Rasm Utsmani merupakan ijma’ Sahabat. Dan ijma’ ini bukanlah ijma’ yang kecil, melainkan 12.000 Sahabat sepakat atas perintah Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Bahkan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang semula tetap bertahan dengan mushafnya sendiri, akhirnya beliau membakar mushafnya dikarenakan ijma’ ini. Maka penting bagi kita mengetahui ilmu ini agar tidak menyelisihi ijma’ sahabat.
2.    Rasulullah shalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
     مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan: “alif lam mim” satu huruf akan tetapi “alif” satu huruf, “laam” satu huruf dan “miim” satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).
Diantara faedah hadits diatas adalah setiap ibadah yang berkaitan dengan al-Qur’an itu ditentukan berdasarkan Rasm Utsmani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam  menyebutkan bahwa pahala membaca الم adalah 3 kebaikan berdasarkan Rasm Utsmani, seandainya berdasarkan lafadz yang diucapkan maka semestinya 9 kebaikan karena terdiri dari 9 huruf: أَلِف لاَم مِيم.
3.    Imam Ibnul Jazari rahimahullah menyebutkan dalam Nadzhom Thoyyibatun Nasyr, bahwa syarat bacaan al-Qur’an yang benar itu ada 3:
     فَكُلُّ ما وافَقَ وَجهَ نَحوِ    وَكانَ لِلرَّسمِ احتِمالًا يَحوِي
     وَصَحَّ إسنادًا هُوَ القُرآنُ    فَهذِهِ الثَّلاثَةُ الأركانُ
     وَحَيثُما يَختَلَّ رُكنٌ أثبِتِ   شُذُوذَهُ لَو أنَّهُ فِي السَّبعَةِ
“Setiap yang berkesesuaian dengan kaidah nahwu meskipun hanya 1 madzhab, dan yang berkesesuaian dengan Rasm Utsmani meskipun ihtimal (opsional), dan sanad yang bersambung, itulah al-Qur’an. Inilah 3 rukun bacaan yang benar. Dimana salah satu rukunnya tidak terpenuhi maka itu adalah bacaan yang syadz (menyelisihi kaidah) meskipun dia mengikuti 7 imam.”
Kita mengetahui ada banyak dari kalangan kita yang mempelajari rukun pertama dan ketiga. Namun jarang diantara kita yang menaruh perhatian pada rukun yang kedua, yaitu ilmu Rasm Utsmani.
4.    Jika kita mengetahui bahwa seorang ahli nahwu dan seorang musnid (yang memiliki sanad al-Qur’an) termasuk ke dalam penjaga wahyu. Maka ketahuilah bahwa seorang yang menguasai kaidah Rasm Utsmani termasuk ke dalam deretan tersebut.

         B.    Sebab-sebab Perbedaan Rasm Utsmani dengan Rasm Qiyasi
Kita dapati ada banyak tulisan yang membahas tentang makna rahasia dibalik penulisan Rasm Utsmani yang menyelisihi Rasm Qiyasi. Hanya saja kebanyakan tulisan tersebut hanyalah dugaan semata tanpa dalil yang kuat. Berikut ini saya bawakan sebab-sebab perbedaan tersebut berdasarkan pendapat jumhur ulama:
1.     Rasm Utsmani adalah Tauqifiyyah, hal yang tidak perlu dipertanyakan sebabnya. Ketahuilah bahwasanya para Sahabat menuliskan al-Qur’an berdasarkan arahan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semasa hidup beliau. Dan beliau tidaklah mengetahui hal itu melainkan dari Jibril ‘alaihis salam, karena beliau adalah seorang yang ummiy (tidak bisa baca tulis). Maka tidak perlu dipertanyakan alasannya karena rasm ini sudah tersimpan sejak dahulu kala di Lauhul Mahfudz. Sama halnya dengan urutan ayat adalah perkara tauqifiyyah. Terkadang ayat nasikh (yang menggantikan) muncul lebih dulu daripada ayat mansukh (yang digantikan), dan tidak perlu kita pertanyakan.
2.    Rasm Utsmani yang ada sekarang ini merupakan Rasm Qiyasi pada masa Sahabat. Dan hal ini ditemukan pada tulisan-tulisan mereka selain al-Qur’an. Hingga akhirnya muncul Madzhab Nahwu Basrah dan Kufah. Barulah pada masa itu dirumuskan kaidah-kaidah penulisan untuk memudahkan pelajar, yang disebut dengan Rasm Qiyasi. Sehingga kita merasakan sedikit kesulitan memahami Rasm Utsmani dikarenakan kita sudah terbiasa dengan Rasm Qiyasi. Maka suatu hal yang tidak pantas ketika kita menghakimi Rasm Utsmani menggunakan Rasm Qiyasi, padahal Rasm Utsmani muncul lebih dahulu daripada Rasm Qiyasi.
3.    Pada masa Rasm Utsmani belum ada tanda baca, titik, tanda hamzah, tasydid, dan lainnya. Sehingga kata مِنْهُ itu sama tulisannya dengan مِئَةٌ ketika itu, maka dari itu diberi tanda alif setelah mim untuk membedakan menjadi مِائَةٌ. Atau contoh lain kata إِلَيْكَ itu sama tulisannya dengan أُلَئِكَ pada masa itu, maka dari itu diberi tanda wawu setelah hamzah untuk membedakan menjadi أُولئِكَ. Dan masih banyak lagi contoh lainnya, yang mana semua ini bertujuan untuk menghindari iltibas.
4.    Ada kemungkinan rasm tersebut tidak baku menurut satu dialek namun baku menurut dialek yang lain. Sebagai contoh penulisan ة bagi Bani Thoyyi’ lebih baku menggunakan ت maka dalam al-Qur’an juga ada yang semisal itu. Atau menghilangkan huruf ي pada kata يأتِ padahal tidak ada penjazm, dan ini ada pada dialek Bani Hadzil dan ada juga dalam al-Qur’an. Begitu contoh-contoh yang lainnya, ini semua merupakan bahasa yang fasih.
5.    Untuk mengetahui mukholafah mughtafaroh, yakni adanya kemungkinan bacaan lain yang diperbolehkan. Misalnya kata مالِكِ ditulis tanpa alif untuk menandakan boleh juga dibaca pendek. Atau kata كلمت ditulis tanpa alif untuk menandakan boleh dibaca panjang yang bermakna jamak, boleh juga dibaca pendek yang bermakna mufrod. Atau yang semisal itu.
6.    Atau untuk menandakan asal hurufnya misalnya kata الصلوة، الزكوة، الحيوة tidak menggunakan alif untuk menandakan bahwa asalnya adalah wawu.

Itu diantara sebab-sebab mengapa Rasm Utsmani berbeda dengan Rasm Qiyasi. Wallahu a’lam.

     Rujukan utama: Kitab Samiru ath-Tholibin fi Rasmi wa Dhobthi al-Kitabi al-Mubin


     Abu Kunaiza
     Riyadh, 9 Dzulhijjah 1439 H

2 komentar: